Mari Menunda Mudik Demi Keselamatan Sanak Saudara

0
570

 

Mari Menunda Mudik Demi Keselamatan Sanak Saudara

Oleh: Gindo Tampubolon, Universitas Manchester – tampubolon at manchester.ac.uk

 

Dengan wabah covid-19 yang seperti tsunami merebak ke seluruh dunia, sulit membayangkan mana pantainya dan kapan redanya. Tapi wabah ini mesti reda. Kita bisa mencapainya bersama pimpinan pemerintah, agama dan semua unsur masyarakat.

Dilengkapi beberapa temuan ilmiah, saya mengajak kita mengambil dua langkah ke depan dan membayangkan kita menyintas sampai di pantai seberang. Dari pantai itu saya mengajak supaya menunda mudik demi kehidupan sanak saudara kita.

Bagaimana caranya supaya di pantai itu Indonesia tidak tepar terdampar tapi segera tegak dan bergerak? Bagaimana agar nanti kesehatan dan ekonomi Indonesia siap bangkit?

Ilmuwan dan perencana sipil dan militer berpikir dari sasaran, lalu menurunkan segala keperluan untuk mencapainya. Supaya di pantai seberang ekonomi Indonesia siap maka penting sekali ada orang-orang yang nanti siap mengungkit roda ekonomi yang sekarang disetop virus ranjau ini. Bila kita abai berpikir dua langkah maka ada dua kelompok yang akan jadi korban disapu wabah ini. Pertama adalah para pemimpin macam direktur, manajer, spesialis atau kepala badan usaha milik negara maupun swasta. Kedua adalah para pekerja informal. Terutama yang laki-laki.

*Mengapa laki-laki?*
Dan mana buktinya? Temuan ilmiah kami (Tampubolon & Maharani 2018) menunjukkan bahwa sistem faal atau biologi manusia adalah sistem yang dinamis namun tetap stabil. Kejutan dan goncangan kesehatan boleh datang sepanjang usia namun semua bisa diserap tanpa mengganggu kestabilan, artinya berbagai sistem tubuh kita tetap berfungsi baik (termasuk organ otak, paru-paru, jantung, inflamasi dll).

Walaupun sistem faal tetap stabil, semua goncangan tersebut tetap meninggalkan bekas atau aus yang tercatat sebagai beban allostatik. Menurut temuan kami beban allostatik ini punya pola yang unik: beban allostatik laki-laki lebih tinggi daripada beban allostatik perempuan di Amerika, Inggris dan China; seperti ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1 (terlampir). Beban allostatik laki-laki dan perempuan di Amerika dan Inggris. Sumber: Tampubolon & Maharani 2018. Trajectories of allostatic load in older Americans and Britons. BMC Geriatrics. DOI: https://doi.org/10.1186/s12877-018-0947-4

Mati adalah beban yang memuncak, dan laki-laki lebih dulu mencapai beban allostatik puncak. Apalagi bila ada kejutan yang sama sekali baru macam virus ranjau ini: penyakit covid-19 akan lebih fatal buat laki-laki Indonesia seperti juga buat laki-laki sedunia.

Berikut ini tabel dari selusin negara. Portugal misalnya, untuk setiap 10 korban perempuan terdapat 21 korban laki-laki. Dimana pun korban lebih banyak laki-laki.

Tabel 1 (terlampir). Covid-19 lebih fatal buat laki-laki. L: laki-laki, P: perempuan. Source: Global Health 50/50 (http://globalhealth5050.org/covid19/ diunduh 30 Maret 2020)

Karena bukti fisiologi (gambar 1) dan bukti epidemiologi (tabel 1) ini maka sebaiknya laki-laki lebih tegas memutus rantai getok tular virus ranjau ini.

*Ramuan maut: penyakit menular dan penyakit kronis*
Saking barunya virus ranjau ini, pola korbannya pun baru pula. Dan temuan ilmiah kami mengatakan pola ini punya korban khas buat Indonesia yang membuat kita semua mesti lebih waspada. Polanya: covid-19 menuai korban lebih banyak di antara penyandang penyakit kronis (tidak menular) yakni jantung, diabetes dan darah tinggi. Ini terlihat baik di China, Italia maupun Spanyol.

Gambar 2 (a & b; terlampir). Ramuan maut: covid-19 lebih mematikan di antara penyandang penyakit kronis. Di China tingkat kematian seluruhnya adalah 2.4% namun di antara penyandang penyakit kronis dobel atau tripel. Sumber: China CDC 14 February 2020, https://lab.gedidigital.it/gedi-visual/2020/coronavirus-i-contagi-in-italia/ and https://epistat.wiv-isp.be/Covid/

Temuan kami pada tahun 2014 mengatakan bahwa 70% penduduk Indonesia berusia 40 ke atas beresiko menengah dan tinggi untuk meninggal karena penyakit jantung, namun tidak sadar kebutuhan rawatan kesehatan jantung (Maharani & Tampubolon 2014. Unmet needs for cardiovascular care in Indonesia. PLoS One. DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0105831).

Tumpukan resiko yang tidak disadari ini kemudian menjadi urusan rumah sakit yang membebani BPJS Kesehatan sebesar 11.5 trilyun rupiah tahun lalu.

Bukti ini berarti bahwa penduduk berusia 40+ mesti tegas memutus rantai getok tular virus ranjau ini. Bila tidak, ongkos ekonominya terhadap BPJS Kesehatan akan puluhan trilyun juga. Angka ini lahir dari ongkos perawatan dan ongkos peluang karena setiap pasien 40+ yang dirawat selain makan ongkos juga kehilangan peluang untuk bekerja. Ongkos peluang ini yang jauh lebih besar karena penduduk berusia 40-50an (usia prima) sedang berada pada puncak prestasi sebagai pemimpin, kepala, manajer, dokter spesialis, konsultan, direktur BUMN dan BUMD.

Karena covid-19 fatal di antara penyandang penyakit kronis macam darah tinggi dan jantung artinya di antara pimpinan usaha dan pemerintah, maka jika lalai, di pantai sana Indonesia akan tepar terdampar. Indonesia tidak bangkit menggulirkan roda perekonomiannya.

*Spanyol: muara pola fatal buat laki-laki dan penyandang penyakit kronis*
Kedua pola kematian di atas ternyata saling menguatkan, ini dari temuan mutakhir kami di Spanyol (2 April). Bukan hanya penyandang penyakit kronis lebih mungkin meninggal karena covid-19, di antara para penyandang ini, laki-laki lebih besar peluangnya meninggal daripada perempuan (Gambar 3). Kedua pola ini yang didorong oleh beban allostatik dan penyakit menular terbukti bukan acak, melainkan saling menguatkan.

Gambar 3 (terlampir). Tingkat kematian % di Spanyol per penyakit kronis dan jenis kelamin.

*Melindungi desa*
Dengan latar demikian, temuan-temuan ilmiah kami yang lain bisa jadi pedoman di desa. Dua per tiga penduduk desa berusia 40+ beresiko menengah dan tinggi penyakit jantung (Maharani et al 2019. Cardiovascular risk scores in Indonesia. PLoS One. DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0215219; Patel et al 2019. Association of multifaceted mobile technology-enabled primary care intervention with cardiovascular disease risk management in rural Indonesia. Journal of American Management Association Cardiology. DOI: https://doi.org/10.1001/jamacardio.2019.2974).

Di desa, selain besaran resiko yang mengkuatirkan, layanan kesehatan pun lemah (Maharani & Tampubolon ibid). Resiko yang besar di tempat yang layanannya lemah bisa menjadi fatal buat sanak saudara kita di desa. Tapi kita bisa melindungi desa dari virus ranjau ini.

Oleh karena hal-hal ini:
a. covid-19 fatal di antara penyandang penyakit jantung, diabetes, darah tinggi, apalagi kaum laki-lakinya,
b. 30% hingga 70% penduduk desa dan kota beresiko penyakit ini,
c. penyandang penyakit kronis ini adalah pemimpin dan pekerja pada masa prima, andalan kita di seberang sana
maka Indonesia mesti tegas memutus rantai virus ranjau ini dengan menunda mudik ke desa 3 bulan ke depan.

Tundalah mudik hingga tengah tahun ini. Semoga pada Idul Adha wabah ini agak mereda. Ikhtiar kita, dengan ridhaNya, akan mengantar kita semua sampai ke pantai seberang, siap menggerakkan roda ekonomi dan kesehatan.

*Lantas apa langkah pertama? Atau kalau tidak mudik – mau makan apa?*
Semoga saudara-saudari semua menyadari bahwa hanya dengan bekerjasama kita bisa mengalahkan wabah ini. Pemerintah sudah memimpin kita semua. Pemerintah sudah memberi banyak bantuan nyata dengan subsidi prasarana kepada semua (listrik dll) dan pembebasan pajak kepada para pengusaha. Beberapa pengusaha sudah pula mengulurkan tangannya dengan tidak memPHK 3 bulan ke depan, dengan diimbangi pemotongan gaji pekerja. Tentu prakteknya perlu disempurnakan sambil jalan.

Namun sekarang sudah saatnya pemerintah mengulurkan tangan kepada para pekerja informal yang menunda mudik dengan memberi mulai minggu depan bantuan langsung tunai emoney. Mari menunda mudik; mari mengayomi pekerja informal.

Selain itu, di masa tunda ini, dengan pimpinan Telkomsel yang sedang berprakarsa semoga pekerja informal dimudahkan bersilaturahmi mengeratkan jejaring lewat daring dengan sanak saudara di desa.

Wabah covid-19 ini unik karena menganyam erat krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Macam ulos pinuncaan ragi parbue, benang kesehatan tak lepas dari benang ekonomi, benang kota tak lepas dari benang desa. Bersama-sama kita mesti saling menjaga sanak saudara agar di seberang sana kita siap bergerak memetik buah kerja bersama.

Manchester 4 April 2020
*Terima kasih kepada Eduwin Pakpahan, Maria Fajarini, Citra Jaya, Sujarwoto.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here