DR. Henry P. Panggabean: Pesan-pesan Kristus Harus Berakar di dalam Masyarakat dan Gereja

0
1092
Dr. H.P. Panggabean, S.H
Dr. H.P. Panggabean, S.H

 

“Banyak umat Kristen saat ini tidak menangkap kebenaran-kebenaran esensial sebagaimana ditekankan dalam Injil Yesus Kristus. Kekristenan kontempoter cenderung tanpa Kristus, tanpa mengikuti teladan-teladan Kristus; tidak hidup menurut perintah-perintah  Kristus. Pesan-pesan Kristus yang fundamental sering terhilang dan terabaikan dalam hirarki politis gereja, institusionalisasi dan dalam melayani diri sendiri. Tema-tema teologis tentang kasih, pertobatan pribadi, ketaatan, kekudusan, konsekuensi dosa, kuasa doa, kuasa iman dan pemahaman yang agung tentang Allah kurang ditekankan lagi di dalam kehidupan Kristen kita.

panggabeanKekristenan akan gagal memberi dampak positif pada masyarakat, kalau  kita mengabaikan  unsur paling penting dalam ajaran-ajaran Yesus Kristus yaitu penekanan pada pesan dan praktek kasih, belas kasih dan pengampunan. Kalau kita sebagai seorang Kristen tidak mau dan tidak mampu menyatakan kasih yang tak bersyarat dan belas kasihan pada semua makhluk hidup, itu berarti kita belum menemukan kekristenan yang otentik. Injil Yesus Kristus adalah tentang bagaimana kita harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita. Injil Kristus tidak pernah dimaksudkan menjadi kumpulan kredo dan doktrin yang diciptakan oleh sekelompok orang-orang yang terpilih, yang penciptaan dogma gereja telah menghasilkan perselisihan, perpecahan dan pertumpahan darah di sepanjang abad.

Kekristenan yang sejati tidak boleh terpaku pada doktrin atau dogma saja, karena kekristenan sejati itu adalah masalah kekeluargaan, persahabatan dan persaudaraan universal. Pesan Yesus Kristus harus menjadi peta jalan spiritual kita.”papar DR. Henry P. Panggabean, kepada Tabloid Tritunggal, di kantornya di daerah Pondok Indak, Jakarta Selatan.

Tegas DR. Henry P. Panggabean, mantan Hakim Agung ini lagi, Sudah waktunya kita memikirkan kembali pesan Kekristenan yang fundamental. Kita harus berusaha keras megeksplorasi makna kasih, belas kasih, perdamaian dan pengharapan yang sebenarnya sebagaimana dipaparkan dalam Injil Yesus Kristus. Kita perlu menemukan kembali teologia Kristen yang merefleksikan arti sesungguhnya dari kasih yang tak bersyarat sebagaimana yang ditemukan dalam Injil Yesus Kristus. Karena pesan kasih, belas kasih dan pengharapan akan mentransformasi kehidupan kita.

Kalau kita menekankan kasih dan belas kasih, kita bisa mencegah peperangan-peperangan yang banyak terjadi di sekitar kita selama berabad-abad. Kurangnya kasih juga mengakibatkan banyak orang mengalami kelaparan dan kemiskinan. Pesan kasih harus berakar di dalam masyarakat dan gereja kita.

“Sayang sekali, Institusi-institusi Kristen saat ini banyak yang mengejar materi daripada keselamatan umat manusia melalui kasih yang tak bersyarat. Kekristenan yang institusional tidak mampu menangkap pesan kasih yang tak bersyarat sebagaimana diajarkan oleh Yesus Kristus. Sebagai akibatnya, institusi-institusi Kristen kita sudah tidak mampu menggunakan pengaruhnya untuk menyelesaikan problem-problem kemanusian. Bahkan, beberapa institusi gereja menjadi sumber persoalan.

Gereja Kristen yang telah membuat perubahan-perubahan yang lebih positif di bumi daripada kekuatan atau gerakan apapun dalam sejarah. Kebanyakan bahasa manusia di dunia ini pertama sekali disusun secara sistematis (dikodifikasi) dan dijadikan bahasa tulisan oleh misionaris-misionaris Kristen Protestan. Lebih banyak sekolah dan universitas yang telah dimulai/dibangun oleh umat Kristen daripada agama, bangsa dan kelompok-kelompok lain.

Penghormatan dan pengangkatan derajat mulia wanita merupakan prestasi umat Kristen. Umat Kristen yang pertama sekali memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan hak dan jender bagi kaum perempuan. Para pembaharu Kristen dan misionaris berhasil  mewujudkan penghapusan perbudakan, kanibalisme, pengkorbanan anak-anak dan pembakaran janda-janda. Di sepanjang sejarah dunia, kekristenan menjadi kekuatan terbesar umat manusia dalam “memanusiakan” manusia dan memajukan peradaban dunia.

Hampir semua peradaban dan kebudayaan mempraktekkan perbudakan dan pengkorbanan manusia sebelum pengaruh Kristen datang. Negara-negara yang menikmati kebebasan-kebebasan sipil yang paling banyak biasanya merupakan negeri-negeri dimana Injil Kristus ditegakkan.”ungkap salah satu pengacara top Indonesia ini dengan penuh antusias.

Tutur DR. Henry P. Panggabean  lagi, Persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus merupakan kebajikan tertinggi dan terbesar bagi setiap umat Kristen. Kita bersekutu dengan Tuhan melalui belajar Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan (Yoh 14:21, 23; 1 Yoh 1:1-3). Kita harus berusaha mengalami kebenaran Allah seperti dinyatakan di dalam Alkitab. Kita harus selalu rindu untuk mendengar Allah berbicara khususnya melalui Alkitab (Ibr 1:1,2; 2:1-4; 3:7). Kebenaran tentang pelayanan Yesus Kristus dan pesan spiritualnya bagi umat manusia akan membawa kita kembali ke rumah kita, Taman Eden Spiritual kita. Ini akan menjadi ziarah rohani untuk menemukan kebenaran tentang eksistensi kemanusiaan kita sebagaimana diajarkan oleh Yesus Kristus.

Umat Kristen saat ini sering diberikan oleh gereja mereka bukan filsafat Kristus yang orisinil tetapi interpretasi yang berpusatkan pada gereja yang sudah terdistorsi oleh ajaran-ajaran dunia  yang membuat visi dan pesan orisinal Kekristenan menyimpang. Misalnya, salah satu penipuan terbesar dalam gereja modern saat ini adalah menggunakan Firman Tuhan untuk mengaminkan ketamakan-ketamakan dan keinginan duniawi kita, yang banyak diajarkan oleh teologia kemakmuran. Teologia Kemakmuran mengajarkan umat untuk memanfaatkan Tuhan sebagai sarana untuk memperoleh kekayaan dan kelimpahan materi. Alkitab mengingatkan kita bahwa ketamakan merupakan pemujaan berhala. Kita tidak boleh memanipulasi Firman Tuhan untuk memaksakan ambisi-ambisi keduniawian kita. Tanggung-jawab kita untuk melayani Tuhan.Tidak boleh kita memaksa Tuhan untuk melayani setiap ambisi kita.

“Alkitab merupakan satu-satunya wahyu dan kebenaran yang sepenuhnya memadai bagi kita. Tuhan berbicara kepada kita hanya melalui Alkitab. Karena itu, Kita harus berpikir secara Alkitabiah. Kredo-kredo, pengakuan iman, atau katekisme harus diuji semuanya dalam terang Firman Tuhan (1 Tes 5:21). Kekristenan Protestan sangat menghormati Alkitab dan berusaha menyelami pikiran Tuhan sebagaimana yang diwahyukan dalam Alkitab. Kita harus berusaha mengalami kebenaran Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Ajaran-ajaran Kristus merupakan solusi untuk memperbaiki kondisi umat manusia karena membangun spiritualitas sejati manusia. Injil Kristus itu mengubah kehidupan, membuat sejarah dan mentransformasi bangsa-bangsa. Kalau Injil tidak mentransformasi  masyarakat dan kehidupan kita, maka itu bukan Injil Kristus.yang alkitabiah.

Saat ini hanya beberapa orang yang tahu bahwa Alkitab-alkitab yang pertama dicetak dalam bahasa Inggris harus diselundupkan ke Inggris, dan bahwa penerjemah Alkitab itu, William Tyndale, dibakar hidup-hidup di atas kayusula atas kejahatan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.  7 orang ayah dan 7 orang ibu dibakar hidup-hidup karena mengajarkan Sepuluh Perintah Tuhan, Doa Bapa Kami dan Pengakuan Iman Rasuli kepada anak-anak mereka, dalam bahasa Inggris,”jelas Panggabean dengan berapi-api.

“Abad ke-21 merupakan abad kekristenan global. Dua pertiga dari semua orang Kristen saat ini tinggal di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Barat tidak lagi menjadi pusat kekristenan global, tetapi sudah beralih ke benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Ini berarti amanat agung gereja di millennium ketiga ini sudah bersifat global. Pelayanan Kristen tidak lagi merupakan masalah misionaris Barat pergi ke belahan bumi lainnya, tetapi pekabar-pekabar Injil dari semua tempat pergi kepada segala bangsa. Pertumbuhan iman Kristen di luar Eropa dan AS merupakan hasil ketaatan dalam misi generasi Kristen sebelumnya. Karena Allah ingin semua orang Kristen memajukan KerajaanNya di dalam dunia ini, maka misi saat ini harus menjadi tanggung-jawab dan tugas gereja sedunia dari manapun.

Kita harus mengapresiasi dan mengobarkan kembali Spirit Reformasi Protestan. Pengorbanan-pengorbanan yang diberikan oleh Para Reformator dan dampak perjuangan mereka yang masih meresap jauh untuk menerapkan Firman Tuhan ke dalam setiap aspek kehidupan perlu digali kembali. Para Reformator ingin menaklukkan semua pemikiran, ide, filsafat, teologi, ideologi dan kebudayaan ke bawah kaki Kristus dan Alkitab..”tegas sesepuh Gereja HKBP Kebayoran Lama ini. saat mengakhiri perbincangan singkat dengan Tritunggal (Hotben Lingga)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here