Jakarta, Cendekiawanprotestan.com
Video cuplikan ceramah Ustadz Abdul Somad yang menyinggung simbol agama Kristen selama beberapa hari ini telah viral dan ramai dibahas. Kita tidak tahu kapan video itu dibuat dan disebar, namun cuplikan ceramah ini sudah meresahkan umat Protestan dan Katolik di berbagai daerah.
Banyak pihak yang mendesak kami dari DPP GAMKI untuk segera melaporkan UAS atas ceramahnya yang melecehkan simbol-simbol agama yang kami imani. Selain diduga menghina kepercayaan dari pemeluk agama lain, ucapan ini juga dapat menjadi bibit dari tumbuhnya sikap radikalisme dan kebencian kepada orang lain yang berbeda agama dan kepercayaan.
DPP GAMKI menganggap ucapan UAS ini sebagai ucapan individu, dan bukan mewakili umat Islam di Indonesia yang selama ratusan tahun sudah hidup berdampingan dengan pemeluk agama lainnya.
Namun kami menyayangkan adanya ucapan ini, apalagi Ustadz Abdul Somad selama ini kita kenal sebagai seorang Ulama ternama, juga seorang Pendidik berstatus Pegawai Negeri Sipil yang kita harapkan bisa menuntun anak bangsa menuju jalan kebaikan dan kedamaian.
Saat ini kami berupaya untuk menguasai diri kami dan memaafkan beliau. Meski ucapan beliau menyakitkan, kami percaya, Yesus yang disalibkan itu tidak perlu dibela. Ia tidak meminta diri-Nya untuk dibela, justru sejarah mencatat, Yesus disalibkan bukan karena kesalahannya, melainkan karena membela orang lain yakni umat manusia.
Ajaran Yesus justru ingin kami dapat memaafkan, dan membalas perlakuan tidak baik dan penghinaan dengan kebaikan.
Di sisi lain, kami mengajak kepada setiap lembaga agama, baik Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan lainnya, untuk saling menjaga keharmonisan karena kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk.
Karena itu, setiap ajaran dan pesan keagamaan yang disampaikan para pemuka agama kepada umat, haruslah dipertimbangkan dengan bijak. Jangan sampai justru menimbulkan keresahan, kebencian, dan perpecahan di tengah masyarakat kita.
Dalam hal ini kami meminta setiap lembaga agama untuk mengawasi ajaran setiap pemuka agamanya, agar tetap mengutamakan pesan-pesan kedamaian, bukan kebencian.
Kami mengingatkan pemerintah dan perangkat negara untuk bertindak adil dan tidak membiarkan tindakan intoleran dan diskriminatif terjadi di tengah masyarakat. Seharusnya tidak ada lagi ruang bagi tokoh-tokoh yang selalu mengeluarkan ujaran kebencian yang mengakibatkan keresahan dan perpecahan di tengah bangsa kita.
Menjadi PR besar bagi pemerintah, untuk dapat membangun masyarakat Indonesia yang damai dan rukun, tanpa adanya tindakan diskriminatif dan intoleran.
Kami juga meminta kepada Pengurus dan Anggota GAMKI di seluruh Indonesia untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak dan berperan aktif menjaga ketenangan dan kerukunan di tengah masyarakat.
Sekali lagi, kami memaafkan Ustadz Abdul Somad atas penghinaannya kepada Tuhan Yesus yang kami sembah. Namun, kami berhak meminta UAS untuk dapat segera memberikan pernyataan klarifikasi kepada masyarakat, terkhusus umat Kristen Protestan dan Katolik di seluruh Indonesia. Yang mana kami yakini bahwa simbol-simbol itu adalah perenungan kami atas kasih sayang Allah kepada manusia, pengorbanan demi memaafkan dosa manusia dan perdamaian antara manusia berdosa dengan Penciptanya dan sesamanya.
Jika UAS tidak segera mengklarifikasi ucapannya tentang keyakinan kami ini, kami kuatirkan dapat melunturkan semangat toleransi yang sedang dibangun di tengah masyarakat kita.
Semoga hari ulang tahun kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia yang baru kita rayakan dapat kembali mengingatkan kita tentang komitmen para pendiri bangsa yang membangun Indonesia dengan pondasi persatuan di atas berbagai keberagaman.
Sahat Martin Philip