Timor Leste dan LAI

0
1017

Oleh: Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id IG:lembagaalkitabindonesia

 

Pada 24-25 April 2019 saya bersama Pdt Anwar Tjen, PhD. hadir ke Dili Ibukota Republica Democratica de Timor Leste, sebuah negeri berpenduduk sekira 1,2 juta yang 96,9 persen beragama Katolik Roma dan 3,1 persen agama lainnya (Kristen, Islam, Hindu, Budha, Konghucu).

Kami hadir atas undangan pimpinan Sinode Gereja Protestan Timor Leste (Igreja Protestante iha Timor Leste – IPTL) dan Gereja Sidang Jemaat Allah (Igreja Evangelica Asemblea de Deus) dua Gereja Protestan terbesar di Timor Leste.

Pada hari pertama kami sharing dan diskusi tentang mandat utama Lembaga Alkitab Indonesia. Enam mandat LAI kami paparkan dari menerjemahkan, memproduksi dan menerbitkan, menyebarkan Alkitab, menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup umat, advokasi Alkitab serta pelayanan dan kesaksian Alkitab.

Dari keenam mandat LAI di atas terbukalah kerjasama sinergis antara LAI dengan Gereja-gereja di Timor Leste dalam pekerjaan pelayanan untuk umatNya di negeri yang memiliki kisah khusus dengan Indonesia.

Pada hari kedua diskusi lebih spesifik ke bidang penerjemahan Alkitab. Bahasa resmi negeri Timor Leste adalah Tetun dan Portugis. Mayoritas Alkitab yang digunakan oleh Gereja Protestan adalah Alkitab Bahasa Indonesia terbitan LAI. Jumlahnya sudah sangat terbatas dan mulai menghadapi kendala bagi anak-anak muda di bawah 20 tahun. Karena anak muda kurang memahami bahasa Indonesia yang sudah tidak dipakai di Sekolah Dasar sampai SMA. Bahasa Indonesia masih digunakan di jenjang pendidikan tinggi atau universitas.
Bahasa lokal Timor Leste setidaknya ada 33an bahasa, namun sehari-hari penduduk di Dili berkomunikasi dengan Bahana Tetun. Bahasa Portugis yang juga ditetapkan menjadi Bahasa resmi negara namun sangat sedikit yang menggunakannya sebagai alat komunikasi keseharian.

Kebutuhan penerjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Tetun menjadi kebutuhan mendesak umat Tuhan di Timor Leste. Sesunguhnya sejak 2002 sudah ada Tim penerjemahan yang bekerja untuk pekerjaan ini. Banyak dinamika yang terjadi sehingga membuat perjalanan 17 tahun belum sampai kepada hasil final penerjemahan.

Kebutuhan terbitan Alkitab berbahasa Indonesia juga masih sangat banyak. Bahkan hamba-hamba Tuhan sangat memerlukan Alkitab untuk pelayanan mereka. Apalagi mereka sangat bergairah saat mengetahui ada Alkitab Edisi Study yang sangat membantu pelayanan mimbar.

Dalam liturgi pernikahan dan sidi di lingkungan Gereja Protestan selalu ada bagian pemberian Alkitab. Sayangnya karena tidak tersedia stok Alkitab akhirnya diganti dengan buku kecil berisi lagu-lagu dalam bahasa Tetun.

Dalam diskusi juga muncul kebutuhan penerjemahan lagu-lagu Kidung Jemaat ke dalam Bahasa Tetun, dan diharapkan dapat dicetak menjadi satu dengan Alkitab.
Pembekalan terhadap hamba-hamba Tuhan di Timor Leste melalui seminar, lokakarya dan studi-studi tentang Alkitab juga sangat dibutuhkan.

Singkatnya pekerjaan sangat banyak di Timor Leste. Semoga LAI dimampukan untuk dapat berkontribusi positif dalam kemitraan strategis dengan Gereja-gereja di Timor Leste. MOU kita akan siapkan segera.

Yang tidak kalah penting adalah upaya bermitra strategis dengan Gereja Katolik yang mayoritas dianut oleh penduduk di Timor Leste. Karena LAI adalah lembaga interdenominasi dan interkonfesi yang melayani semua umat Protestan, Katolik dan Ortodox.

Tuhan yang memanggil dan mengutus, Tuhan pula yang akan memampukan. Deo Gracia’s. Puji Tuhan. Haleluya.
*#SalamAlkitabUntukSemua*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here