Penanganan COVID-19 DI Indonesia: Pembendungan Penyebaran Terbaik Di Dunia, Tetapi Penyembuhan Pasien Sangat Lambat.

0
1142

Penanganan COVID-19 DI Indonesia:
Pembendungan Penyebaran Terbaik Di Dunia, Tetapi Penyembuhan Pasien Sangat Lambat.

 

Oleh: Merphin Panjaitan.
Penulis buku Peradaban Gotongroyong, HP. 0813 1007 6366.

 

COVID-19 disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini masih satu keluarga dengan virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang muncul di China pada tahun 2003; dan virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS), yang muncul di Arab Saudi pada tahun 2012.

COVID-19 muncul di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada 31 Desember 2019, Pemerintah China melaporkan kepada WHO tentang merebaknya novel coronavirus yang menyebabkan penyakit berat pada saluran pernapasan.

Pada 4 Maret 2020,
Presiden Joko Widodo mengumumkan
2 kasus COVID-19 yang pertama di Indonesia; dan pada 27 Mei 2020,
kasus positif COVID-19 meningkat menjadi: 23.851; 87 kasus per sejuta penduduk; Total Sembuh: 6.057; Total Mati: 1.473; dan Kasus Aktif: 16.321.

Untuk mengetahui kemajuan penanganan COVID-19 di Indonesia, dilakukan dua macam perbandingan; yaitu membandingkan hasil penanganan COVID-19 di Indonesia dari waktu ke waktu. Pertama, membandingkan Total Sembuh dengan Total Mati; Kedua, membandingkan Pasien Sembuh dengan Kasus Baru, pada periode waktu yang sama. Selanjutnya, Ketiga, hasil penanganan COVID-19 di Indonesia akan dibandingkan dengan hasil penanganan COVID-19 di beberapa negara lain.

Pertama:
Perbandingan antara Total Sembuh dengan Total Mati, dari waktu ke waktu semakin membaik.
Total Sembuh banding Total Mati pada:
26 Maret 2020: 31 : 69;
2 April 2020: 40 : 60;
8 April 2020: 48 : 52;
16 April 2020: 53 : 47;
22 April 2020: 59 : 41;
29 April 2020: 64 : 36;
6 Mei 2020: 72 : 28;
13 Mei 2020: 76 : 24;
21 Mei 2020: 79 : 21;
27 Mei 2020: 80 : 20.
Data di atas memperlihatkan ada kemajuan, tetapi kemajuan ini masih kurang cepat; di lingkup Dunia, sekarang ini 87 banding 13.

Fakta ini memperlihatkan, bahwa di Indonesia, pasien sembuh dari waktu ke waktu semakin banyak, dan pasien mati jumlahnya semakin sedikit; tetapi proses penyembuhan ini masih kurang cepat.
Kita harus terus kerja keras, dan diharapkan dalam beberapa minggu kedepan Total Sembuh banding Total Mati lebih baik lagi, menjadi sekitar 95 banding 5.

Untuk mengetahui kemajuan penanganan COVID-19 di Indonesia, dari waktu ke waktu, akan dibandingkan Pasien Sembuh dengan Kasus Baru. Pada kesempatan ini akan dibandingkan dalam 9 periode waktu, yaitu:
26 Maret sd 1 April 2020;
2 sd 8 April 2020;
9 sd 15 April 2020;
16 sd 22 April 2020;
23 sd 29 April 2020;
30 April sd 6 Mei 2020;
7 sd 13 Mei 2020;
14 sd 20 Mei 2020;
21 sd 27 Mei 2020.

Penanganan COVID-19 di Indonesia.
26 Maret – 1 April 2020, rata-rata perhari, sembuh 10
dan kasus baru 127;
2-8 April 2020, rata-rata perhari, sembuh 17
dan kasus baru 183;
9-15 April 2020, rata-rata perhari, sembuh 32
dan kasus baru 311;
16-22 April 2020, rata-rata perhari, sembuh 67
dan kasus baru 326;
23-29 April 2020, rata-rata perhari, sembuh 68
dan kasus baru 336;
30 April-6 Mei 2020, rata-rata perhari, sembuh 132
dan kasus baru 375;
7-13 Mei 2020, rata-rata perhari, sembuh 139
dan kasus baru 429.
14-20 Mei 2020, rata-rata perhari, sembuh 184,
dan kasus baru 536;
21-27 Mei 2020, rata-rata perhari, sembuh 207,
dan kasus baru 666.

Data di atas menggambarkan, pasien sembuh dan kasus baru masih terus meningkat, tetapi dalam periode waktu yang sama, peningkatan rata-rata perhari pasien sembuh belum mampu melampaui peningkatan rata-rata perhari kasus baru. Dan akibatnya, penambahan kasus aktif masih akan terus meningkat – akan diperlihatkan pada slide selanjutnya-, yang berarti kita harus terus meningkatkan daya tampung rumah sakit untuk pasien COVID-19, beserta dengan tenaga dokter, perawat, dan tenaga pendukung lainnya.

Dengan berbagai alasan, antara lain alasan ekonomi, tampaknya Pemerintah akan mulai menerapkan normal baru pada Juni 2020 nanti.

Dalam menyongsong rencana tersebut, saya pikir kita perlu melakukan dua kerja besar, yaitu, pertama, proses penyembuhan perlu dibuat cepat, lebih cepat dari penambahan kasus baru, agar jumlah kasus aktif dapat diturunkan; kedua, bersamaan dengan itu, selama bulan Juni 2020, daya tampung rumah sakit COVID-19 ditingkatkan menjadi dua kali lipat. Slide selanjutnya akan memperlihatkan penambahan kasus aktif yang sangat besar.

Pergerakan Kasus Aktif (KA):
Untuk menggambarkan pergerakan Kasus Aktif, dilihat pergerakannya dari 29 April sd 27 Mei 2020.
Pada 29 April 2020, KA: 7.596;
6 Mei 2020 KA: 9.226; 13 Mei 2020 KA: 11.123;
20 Mei 2020 KA: 13.372; 27 Mei 2020 KA: 16.321.
Dari 29 April sd 6 Mei 2020, terjadi penambahan KA: 1.630, rata-rata 233 kasus perhari;
6 sd 13 Mei 2020 penambahan KA: 1.897,
rata-rata 271 kasus perhari;
13 sd 20 Mei 2020 penambahan KA: 2.249,
rata-rata 321 kasus perhari; dan dari
20 sd 27 Mei 2020 penambahan KA: 2.949,
rata-rata 421 kasus perhari.

Dan setelah melewati puncak penyebaran, penambahan Kasus Aktif akan mengecil, badai COVID-19 di Indonesia mulai reda, dan secara bertahap kita kembali ke kehidupan normal. Untuk mempercepat proses ini, yang perlu kita lakukan sekarang adalah tetap membendung penyebaran COVID-19, dan bersamaan dengan itu proses penyembuhan pasien dipercepat. Jangan lupa, Ilmu Kedokteran, selain menjalankan fungsi promosi dan prevensi, juga menjalankan fungsi pengobatan dan rehabilitasi.

Kedua:
Perbandingan antara Pasien Sembuh dengan
Kasus Baru:
Dari 26 Maret sd 1 April 2020: 1 banding 12;
2-8 April 2020: 1 banding 11;
9-15 April 2020: 1 banding 10;
16-22 April 2020: 1 banding 5;
23-29 April 2020: 1 banding 5;
30 April sd 6 Mei 2020: 1 banding 2,8;
7-13 Mei 2020: 1 banding 3;
14-20 Mei 2020: 1 banding 2,9;
21-27 Mei 2020: 1 banding 3,2.
Dari 26 Maret sd 15 April 2020, Pasien Sembuh banding Kasus Baru 1 : 11; dari 16 sd 29 April 2020, membaik menjadi 1 : 5; dan dari 30 April sd 27 Mei 2020,
kondisi menjadi lebih baik lagi, yaitu 1 : 3.

Fakta di atas memperlihatkan, 2 bulan yang lalu kondisi masih sangat buruk, yaitu Pasien Sembuh banding Kasus Baru 1 banding 11, kemudian membaik menjadi 1 banding 5, dan sejak 4 minggu lalu membaik lagi menjadi 1 banding 3, tetapi setelah itu, belum terjadi lagi kemajuan, kondisi 1 banding 3 ini bertahan selama 4 minggu. Tampaknya kemajuan dalam proses penyembuhan mengalami stagnasi.

Kita terus kerja keras, hingga dalam beberapa minggu kedepan, kita bisa melihat Pasien Sembuh lebih banyak dari Kasus Baru, dan dengan demikian badai COVID-19 di Indonesia reda, dan kita kembali ke kehidupan normal.

Ketiga:
Untuk mengetahui kondisi penanganan COVID-19 di Indonesia, akan dibandingkan data:
Kasus COVID-19; Kasus per sejuta penduduk; Sembuh; Mati; dan Kasus Aktif yang ditemukan di Indonesia dengan data yang sama, dari negara-negara Jerman; Meksiko; Swis; Irlandia; Australia; dan Malaysia.

Jerman:
Kasus: 181.288; 2.800 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 162.800;
Mati: 8.498; dan Kasus Aktif: 9.990.

Meksiko:
Kasus: 74.560; 579 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 52.219;
Mati: 8.134; dan Kasus Aktif: 14.207.

Swis:
Kasus: 30.776; 3.559 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 28.200; Mati: 1.917;
dan Kasus Aktif: 659.

Irlandia:
Kasus: 24.735; 5.015 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 21.060; Mati: 1.615;
dan Kasus Aktif: 2.060.

Indonesia:
Kasus: 23.851; 87 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 6.057; Mati: 1.473;
dan Kasus Aktif: 16.321.
Australia:
Kasus: 7.139; 280 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 6.566; Mati: 103;
dan Kasus Aktif: 470.
Malaysia:
Kasus: 7.619; 236 kasus per sejuta penduduk; Sembuh: 6.083; Mati: 115;
dan Kasus Aktif: 1.421.

Dalam hal pembendungan penyebaran COVID-19, Indonesia terbaik di dunia: Pada 27 Mei 2020, kasus COVID-19 di Indonesia hanya 87 kasus per sejuta penduduk, sedangkan di Jerman: 2.800;
Meksiko: 579; Swis: 3.559;
Irlandia: 5.015; Australia: 280;
Malaysia: 236; dan Dunia: 732 kasus per sejuta penduduk Dunia.

Tetapi dalam hal penyembuhan pasien, dibandingkan dengan negara-negara Jerman; Meksiko; Swis; Irlandia; Australia; dan Malaysia, Indonesia sangat terbelakang.

Pada 27 Mei 2020, kasus COVID-19 di Indonesia hanya 23.851, dan kasus aktif: 16.321. Di Jerman, kasus 181.288, tetapi kasus aktif hanya: 9.990, karena pada waktu yang sama pasien sembuh di Indonesia hanya: 6.057, sedangkan pasien sembuh di Jerman: 162.800. Di Meksiko, kasus: 74.560, pasien sembuh: 52.219, dan kasus aktif hanya: 14.207. Perbandingan yang hampir serupa juga terjadi dengan Swis dan Irlandia.

Kasus di Australia dan Malaysia lebih sedikit dari di Indonesia, tetapi pasien sembuh di kedua negara ini lebih banyak.
Di Indonesia kasus: 23.851, pasien sembuh hanya: 6.057;
di Australia kasus: 7.139, pasien sembuh: 6.566; dan
di Malaysia kasus: 7.619,
pasien sembuh: 6.083.

Setelah melihat hasil penanganan COVID-19 ini, strategi Indonesia seharusnya disempurnakan. Strategi pembendungan terus dipertahankan, dan pada waktu yang sama strategi penyembuhan diperkuat.
Dalam hal penyembuhan ini, saya usulkan kita belajar ke Jerman, Meksiko; Swis; Irlandia; Australia; dan Malaysia.

Saya juga ingin mengusulkan agar kita mencari, mempelajari dan menggunakan anti oksidan yang lebih kuat, karena pasien COVID-19 yang mati umumnya usia lanjut. Dan kita ketahui bersama, tanpa terjangkit COVID-19 pun, orang usia lanjut ini membutuhkan anti oksidan lebih banyak, untuk mempertahankan keutuhan sel-sel tubuhnya.

Saya pikir ekstrak Akar Bajakah yang banyak ditemukan dan digunakan di Kalimantan Tengah, yang menurut beberapa peneliti mengandung anti oksidan yang sangat kuat, perlu dipelajari lebih lanjut dan digunakan.

Kita terus kerja keras, hingga dalam beberapa minggu kedepan, diharapkan pada waktu yang sama, Pasien Sembuh lebih banyak dari Kasus Baru, dan dengan demikian badai COVID-19 di Indonesia reda, dan kita kembali ke kehidupan normal.

Kembali ke kehidupan normal secara bertahap, setelah:
Total Sembuh : Total Mati: 95 : 5, atau minimal 90 : 10;
dan pada minggu terakhir penelitian, Pasien Sembuh lebih banyak dari Kasus Baru.

Akhirnya COVID-19 akan selesai; dan kita bersiap menghadapi kedatangan COVID yang lain.
Dan oleh karena itu, kita harus lebih giat lagi meneliti virus corona ini; mempelajari tabiat virusnya; mencarikan vaksin dan obat untuk melawan penyakit yang diakibatkannya.

Badai datang, badai pergi. Tetapi jangan lupa, di kemudian hari nanti, badai lain akan datang lagi, begitu seterusnya. Itulah kehidupan manusia, mahluk paling cerdas di muka bumi ini.

Mari Gotongroyong
Melawan COVID-19.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here