Hidup Normal Berdampingan Dengan COVID-19.

0
862

Hidup Normal Berdampingan Dengan COVID-19.

Oleh: Merphin Panjaitan.

Pendahuluan.

Pandemi Covid-19 ini telah membuat manusia, termasuk manusia Indonesia hampir kehabisan akal. Manusia, mahluk paling cerdas di bumi ini, ternyata sangat ketakutan
terhadap virus Corona penyebab COVID-19, virus yang tidak bisa berpikir, dan bahkan tidak bisa hidup mandiri. Virus ini hidup dengan menumpang paksa pada manusia; dan menimbulkan gejala penyakit berat pada manusia yang imunitasnya rendah; dan bahkan tidak jarang membunuh manusia tersebut, terutama penderita yang sebelumnya mengidap penyakit penyerta. Kadangkala saya pikir, ketakutan kita ini sangat berlebihan, dan karena rasa takut yang amat sangat ini, kita tidak mampu melawannya dengan tenang,
faktual dan rasional. Sekarang, saya ingin mengajak rekan-rekan untuk berpikir tenang, agar kita menemukan jawaban yang setimpal terhadap serangan Pandemi COVID-1_9 ini.

Cepat atau lambat, pandemi ini akan berakhir.

Dengan ilustrasi yang paling ekstrim, kita bisa katakan, manusia tidak berbuat apapun, pandemi ini akan berakhir, yaitu kalau manusia dengan imunitas rendah terhadap
COVID-19 telah habis. Virus ini akan mati sendiri kalau kehabisan tempat hidup. Tetapi tentu kita tidak akan diam saja, kerena hal itu akan mengakibatkan banyak korban, dan
membuat kita menjadi kumpulan manusia lupa diri. Lupa bahwa kita adalah manusia, yang sebagaimana layaknya manusia lain, punya kemampuan berpikir; punya
kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi; punya kemampuan membuat alat dan menggunakannya; punya kemampuan memproduksi barang dan jasa; punya kemampuan
membuat obat dan vaksin; punya harga diri; dan seterusnya. Dan inilah yang harus kita lakukan. Kita meningkatkan imunitas manusia terhadap COVID-19, dengan membuat
vaksin COVID-19 dan berbagai obat lainnya; kita juga meningkatkan kesehatan masyarakat luas. Dan dengan demikian kita bisa berharap, serangan COVID-19 ini segera
reda.

Bersiap melayani jutaan penderita COVID-19.

Fakta memperlihatkan, hampir semua negara dengan penduduk besar, katakanlah dengan penduduk di atas 50 juta orang, mengalami total kasus dan total mati dalam jumlah besar.
Pada tgl 26 Juli 2021, berdasarkan total kasus, Amerika Serikat pada urutan pertama, diikuti India, Brazilia, Prancis, dan Rusia; dan Indonesia berada pada urutan ke 14. Untuk
menggambarkan kondisinya, disajikan data total kasus dan total mati. Amerika Serikat: total kasus 35.199.465, total mati 626.762; India: total kasus 31.409.639, total mati
420.996; Brazilia: total kasus 19.688.663, total mati 549.999; Rusia: total kasus 6.126.541, total mati 153.874; Prancis: total kasus 5.993.937, total mati 111.622; dan Indonesia pada urutan ke 14: total kasus 3.166.505, total mati 83.279. Total kasus dan total mati ini sangat besar, dan oleh karena itu, kita perlu menyiapkan fasilitas pelayanan
penderita COVID-19 dalam jumlah besar.

Strategi paralel.

Belajar dari fakta di atas, apapun yang kita lakukan, total kasus COVID-19 di Indonesia tetap akan banyak, mungkin akan bertambah menjadi sekitar 10 juta orang, dengan kasus
aktif yang juga besar. Kondisi seperti ini membutuhkan banyak daya dan dana; membutuhkan RS khusus COVID-19 dengan ratusan ribu tempat tidur. Pandemi ini barangkali masih berlangsung sekitar satu tahun lagi, dan selama itu kita harus siap kerja
keras dan kreatif. Kalau dianalogikan dengan lari, kita sedang lari maraton, tenaga harus diatur, agar kita bisa menyelesaikan kerja besar ini dengan baik. Warga masyarakat banyak yang telah kehabisan tabungannya; dan Pemerintah juga akan kesulitan memberi Bansos yang cukup untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, saya pikir, kita harus kerja
keras membuat vaksin dan obat COVID-19; daya tampung RS COVID-19 ditingkatkan; dan bersamaan dengan itu, ruang gerak masyarakat diperlonggar agar perekonomian kita
tetap berjalan dan masyarakat luas dapat memenuhi kebutuhannya, tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. RS COVID-19 ditingkatkan daya tampungnya, antara lain
dengan membangun rumah sakit tenda di sekitar Puskesmas. Tenaga relawan ditambah menjadi sekitar 1 juta orang; relawan ini diberi pelatihan memadai, hingga mampu
menjadi tenaga pembantu Nakes di RS dan di tempat isolasi. Kerja pencarian dan penemuan vaksin dan obat COVID-19, serta peralatan yang dibutuhkan ditingkatkan; dan
untuk itu tenaga peneliti ditambah. Dan anggaran penelitian ini ditambah, misalnya menjadi 50 triliun rph per tahun. Strategi ini membutuhkan anggaran yang besar,
katakanlah sekitar 600 triliun rph, sama dengan anggaran tahun 2020. Anggaran Bansos dikurangi, karena ruang gerak masyarakat diperlonggar agar perekonomian masyarakat
luas bisa berjalan lancar.

Pandemi COVID-19 adalah peluang untuk mandiri dan maju lebih cepat.

Pandemi ini telah menelan banyak korban, termasuk di Indonesia. Pandemi ini memberi pelajaran berharga bagi kita bangsa Indonnesia, untuk kerja keras dan kreatif dalam
meningkatkan ilmu dan teknologi, dan menerapkannya dalam semua bidang kehidupan, termasuk dalam bidang kedokteran. Pandemi ini harus kita jadikan pemacu bagi peningatan kemampuan para peneliti kita dalam pembuatan vaksin, obat, dan peralatan
kesehatan. Kita harus siap kerja keras dan kreatif membuat dan mendistribusikan vaksin
COVID-19; membuat berbagai macam obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh; memproduksi banyak tabung oksigen dan berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh penderita COVID-19. Kerja keras melawan pandemi ini bisa dijadikan langkah awal untuk menjadi bangsa mandiri dan maju di bidang kedokteran; yang selanjutnya mendorong kita untuk mandiri dan maju di berbagai bidang kehidupan lainnya. Kemajuan dan kemandirian dalam bidang kedokteran dilanjutkan ke berbagai bidang
kehidupan lainnya. Pandemi COVID-19 adalah tantangan besar bagi umat manusia, termasuk bagi bangsa Indonesia. Kita yang selama ini suka bermalas-malasan, melihat
dan berpikir dengan kaca mata kuda, mulai sekarang harus membiasakan diri kerja keras, berpikir kreatif dan hidup sederhana. Masyarakat Indonesia yang selama ini cenderung
emosional dan berorientasi status, sekarang harus berubah menjadi masyarakat rasional berorientasi prestasi. Kita yang selama ini terlalu cepat menjadi konsumen tetapi terlalu
lambat menjadi produsen, harus berubah menjadi produsen sekaligus konsumen yang seimbang. Masyarakat kita yang selama ini suka mengobarkan kebencian dan
permusuhan, sekarang harus berubah menjadi masyarakat rukun dan damai. Kita adalah masyarakat gotongroyong, yang telah memilih hidup bersama di Indonesia; tumbuh dan berkembang dalam persaudaraan Indonesia; susah dan senang kita hadapi bersama.
Terimalah Salam Perjuangan dari saya. Merdeka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here