Kepulangan Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar Disambut Menpora

0
1021

Jakarta, Cendekiawanprotestan.com

Senin, 23 Januari pukul 15.35, Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU) akhirnya kembali ke Tanah Air setelah menyelesaikan pendakian Gunung Vinson Massif, Antartika dalam perjalanan yang bertajuk BRI Towards Antarctic Summit. Kedatangan tim disambut dengan penuh semangat oleh keluarga, teman-teman, serta anggota Mahitala Unpar yang turut menjemput tim di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Dua perempuan Indonesia ini berhasil mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia sebagai perempuan Indonesia pertama yang berhasil mendaki Gunung Vinson. Sehari setelah mendarat di Jakarta, tim disambut dengan meriah dalam acara penyambutan dan juga konferensi pers di Gedung BRI 1. Dalam acara ini hadir Menpora, Direktur Utama BRI, dan Wakil Rektor Universitas Katolik Parahyangan.

Dalam konferensi pers, Menpora, Imam Nahrawi memberikan apresiasi bagi
kedua pendaki. “Tidak mudah mencapai puncak, butuh kekuatan, kemauan, tekad, kesabaran, dan keikhlasan, oleh karena itu selamat bagi kedua srikandi telah menyelesaikan pendakian. Semoga berhasil dalam pendakian selanjutnya, pemerintah dan saya akan terus mengantar dan memberikan
dukungan bagi 2 Srikandi Indonesia.”

Rasa bangga juga dituturkan Direktur Utama Bank BRI, Asmawi Syam. “
Selamat telah menjadi Srikandi Indonesia yang berhasil mendaki 5 gunung tertinggi di 5 Benua, Selamat datang kembali ke Indonesia. Deedee dan Hilda
adalah perempuan yang luar biasa”

“Keberhasilan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi Antartica merupakan persembahan bagi persatuan Bangsa Indonesia”, itulah kalimat yang diucapkan Mathilda Dwi Lestari (23), anggota Tim WISSEMU, saat memberikan kabar keberhasilannya mencapai puncak tertinggi di Benua Antartika 5 Januari 2017 pukul 09.48 WIB lalu melalui sambungan langsung via telepon satelit kepada rekan-rekan di Sekretariat Mahitala Unpar, Bandung.
Pencapaian ini merupakan suatu bentuk persembahan dari Mahitala Unpar untuk persatuan Bangsa Indonesia dan untuk seluruh perempuan Indonesia agar selalu berani bermimpi setinggi-tingginya. Dengan ini pula, Tim WISSEMU mencatatkan diri sebagai dua orang perempuan Indonesia pertama yang menapakkan kakinya di Puncak Gunung Vinson Massif.

Perjalanan tim dimulai dari keberangkatan tim pada tanggal 21 Desember 2016 menuju Kota Santiago dan bertemu langsung dengan Duta Besar Indonesia untuk Chile, Bapak Philemon Arobaya serta seluruh staff KBRI Santiago Chile. Di tengah-tengah persiapan tim dalam memenuhi segala logistik di kota ini, tim merayakan Hari Ibu dan Hari Raya Natal bersama
Bapak Dubes, dan WNI yang berada di Santiago. Suasana dan sambutan yang hangat dari Bapak Dubes dan keluarga membuat tim merasa rindu akan suasana rumah, namun dari kota ini lah perjalanan yang panjang baru akan dimulai

Sebelum bertolak ke Antartika, tim melakukan perhentian terakhir di Punta Arenas, kota paling selatan di Chile (yang merupakan negara paling Selatan di Benua Amerika Selatan) yang menjadi titik terakhir tim untuk mempersiapkan segala perlengkapan dan kebutuhan logistik, di kota ini tim juga melakukan gear check dan briefing yang diselenggarakan oleh Antarctic Logistic & Expeditions (ALE). Setelah seluruh perlengkapan pendakian siap, tim bertolak menuju Union Glacier, Antartika pada tanggal 29 Desember 2016. Dari Union Glacier inilah pendakian menuju puncak Gunung Vinson Massif dimulai.

Berikut kronologis hari-hari terakhir pendakian menuju Puncak Gunung Vinson Massif :

Load carry dari Low Camp menuju High Camp, 2 Januari 2017 Tim berada di
Low Camp (2.800 meter di atas permukaan laut). Sebelumnya, tim telah melalui perjalanan sekitar 12 jam dari Low Camp menuju High Camp(3.770 mdpl). Pendakian menuju High Camp dilalui dengan menggunakan fixed ropes yang terbentang kurang lebih 1.200 meter dengan medan berkemiringan 45 derajat. Dengan kondisi suhu udara yang extreme, Tim harus melakukan ‘load carry’ yaitu memindahkan sebagain besar peralatan expedisi dengan beban sekitar20 kg menuju High Camp, dan kemudian kembali lagi menuju Low Camp untuk beristirahat, hal ini dilakukan untuk sekaligus aklimatisasi.

Pendakian menuju High Camp, 3 Januari 2017
Setelah melakukan ‘load carry’ dalam kondisi cuaca sekitar -30°C, tim kembali melakukan hal yang sama, yaitu mendaki menuju High Camp dengan beban perlatan yang tersisa lalu beristirahat di High Camp dan mempersiapkan diri untuk summit attempt keesokan harinya.

Summit Day, 4-5 Januari 2017
Hari ini merupakan Summit Day. Cuaca Antarctika yang sangat cerah menjadi bahan bakar semangat tim untuk mendaki menuju puncak, sebelum cuaca berubah, tim mempersiapkan diri untuk memulai summit attempt. Tim memulai upaya menuju puncak (summit attempt) dari High Camp pada pukul 12.00 Waktu setempat, tim menempuh jarak 14 km yang menghabisakan 12 jam perjalanan. Lokasi tersulit dari High Camp menuju puncak Gunung Vinson adalah pemanjatan dari ridgemenuju puncak. Kondisi ridge yang menyerupai gergaji, naik turun membentang hingga menuju puncak Gunung Vinson. Rute ini sangat berbahaya dengan kanan kiri jurang menganga dan akan berakibat fatal bila kita melakukan suatu kesalahan dalam pendakian tersebut. One Slip and you are gone.Perjalanan menuju puncak dari titik terakhir ini pun ditemani juga cuaca cerah namun angin kencang dan hawa dingin dengan suhu udara mencapai -33°C yang membuat dingin terasa menusuk.

Tepat pukul 23.48 Waktu Chile atau, 5 Januari 2017 pukul 09.48 WIB Tim
WISSEMU berhasil mencapai puncak Gunung Vinson Massif. Tepat pada saat itu pula, Tim WISSEMU mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia, yaitu menjadi perempuan Indonesia pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Vinson Massif. “amazing, wonderful, beautiful, majestic, so blessed, so grateful…. speechless semua kata-kata itu bahkan belum dapat mendeskripsikan Antartika dan isinya,” jawab Hilda saat ditanya mengenai perasaannya saat berada di puncak.

Deedee, sapaan akrab Fransisca Dimitri, dan Hilda segera mengabadikan momen bersejarah tersebut dan tentunya dengan mengibarkan Bendera Merah Putih yang diirangklung. Tidak lupa tentunya mengibarkan bendera Bank BRI, sponsor tunggal yang mendukung penuh prestasi dua perempuan Indonesia ini. Setelah selesai mengabadikan momen bersejarah ini, tim memutuskan untuk segera turun menuju High Camp.Perjalanan turun ini ditempuh tim dalam waktu lima jam, cukup cepat dibandingkan dengan waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tim menghabiskan waktu untuk beristirahat di
High Camp dan mengisi tenaga untuk pergerakan menuju Vinson Basecamp.

Perjalanan Turun, 6 Januari 2017
Tim WISSEMU melakukan perjalanan turun. berbeda dengan proses saat mendaki, dari High Camp tim langsung menuju Vinson Base camp, tanpa bermalam di Low Camp. Perjalanan turun ini dilalui dengan lancar walaupun suhu udara di Antartika mencapai -30°C. Tim langsung menuju Union Glacier dengan pesawat Twin Otter.

Kembali menuju Kota terselatan Chile
Tim beristirahat di Union Glacier selama 2 malam untuk menunggu penerbangan kembali menuju Punta Arenas. Tim juga melakukan perayaan kecil-kecilan bersama rekan-rekan pendaki asal negara lain yang juga berhasil mencapai puncak Gunung Vinson Massif. Pada tanggal 9 Januari 2017, dengan menggunakan pesawat buatan Rusia, yaitu Illyushin-76, tim
kembali menuju Punta Arenas.

Setelah sukses mencapai Puncak Gunung Vinson ini, Tim WISSEMU akan melanjutkan pendakian berikutnya yaitu ke gunung Everest (8.848 mdpl) di
Nepal yang merupakan puncak tertinggi di Lempeng Asia dan tertinggi di dunia, dan selanjutnya Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska yang mewakili Lempeng Amerika Utara.

Dari rangkaian kegiatan ekspedisi pendakian tujuh gunung tertinggi di tujuh benua (seven summits),Tim WISSEMU telah berhasil mendaki 5 gunung tertinggi di lima lempeng benua berbeda yaitu Puncak Gunung Carstensz Pyramid(4.884 mdpl) yang mewakili Lempeng Australasia pada 13 Agustus 2014, Puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl) yang mewakili Lempeng Eropa pada 15 Mei 2015,Puncak Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) yang mewakili
Lempeng Afrika pada 24 Mei 2015, Puncak Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) yang mewakili Benua Amerika Selatan pada 30 Januari2016, dan Puncak Vinson Massif (4.892 mdpl) di Antartika pada 5 Januari 2017.
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pencapaian ini. Tim mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai sponsor tunggal
pendakian Vinson Massif dan seluruh pihak yang ikut mendukung ekspedisi ini dari awal, antara lain PT. Freeport Indonesia, Universitas Katolik Parahyangan, PT. Multikarya Asia Pasifik Raya, dan pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Salam WISSEMU, Mahitala!

Fact Sheet:

•Tidak ada gunung yang dapat ditaklukan oleh manusia, yang dapat ditaklukan hanyalah diri pendaki sendiri.

•Tim pendaki WISSEMU terdiri dari dua orang mahasiswi jurusan Hubungan
Internasional Universitas Katolik Parahyangan yaitu, Fransiska Dimitri Inkiriwang (23) dan Mathilda Dwi Lestari (23).

•Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki beberapa orang pria yang berhasil mencatatkan diri sebagai seven summiters diantaranya adalah Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing dan Janatan Ginting yang mewakili Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala UNPAR (2009-2011) serta Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fadjri Al Lufhfi dan Nurhuda yang tergabung dalam Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri.

•Seven Summits adalah rangkaian tujuh gunung tertinggi di tujuh lempeng benua (sering disalahartikan sebagai tujuh gunung tertinggi di dunia), yaitu Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Papua mewakili Lempeng Australasia, Gunung Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia yang mewakili Lempeng Eropa, Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania yang mewakili Lempeng Afrika, Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina yang mewakili Lempeng Amerika Selatan, Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) di Antartika yang mewakili Lempeng Antartika, Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska yang mewakili Lempeng Amerika Utara dan Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal yang mewakili Lempeng Asia.

•Chile merupakan negara terdekat dengan Benua Antartika. Titik terakhir sebelum menuju Benua Antartika adalah Punta Arenas yang dapat ditempuh selama sekitar 3,5 jam dengan pesawat dari Santiago.

•Benua Antartika tempat Gunung Vinson Massif berada adalah benua paling terisolasi sekaligus paling bersih di dunia. Untuk menjaga kesterilan benua ini setiap tahunnya hanya sedikit orang yang bisa mendapatkan izin masuk benua ini yang kebanyakan adalah para peneliti.

•Time zone di Benua Antartika mengikuti titik terdekat dari Antartika, yaitu Chile (GMT -3)

•Karena sedikitnya orang yang bisa masuk dalam benua ini maka dalam perjalan kali ini Tim WISSEMU juga diharuskan untuk membawa beban tambahan dalam sled yang berisikan keperluan logistik yang beratnya mencapai 20 kg.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here