Pergerakan Badai COVID-19 Di Indonesia: Persentase Kasus Baru Terhadap Kasus Aktif Menurun;
Total Sembuh Masih Lebih Rendah Dari Total Mati; Persentase Total Sembuh Mulai Meningkat.
Oleh: Merphin Panjaitan.
Penulis buku Peradaban Gotongroyong, HP. 0813 1007 6366
Tulisan ini dibuat dengan mengutip data dari berbagai laporan; penulis menganalisis data tersebut; dan mengemukakan pendapatnya.
Tulisan ini disebarluaskan sebagai sumbangan pemikiran dalam menghadapi badai COVID-19 yang sedang melanda Indonesia.
COVID-19 muncul di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada 31 Desember 2019, Pemerintah China melaporkan kepada WHO tentang merebaknya novel coronavirus yang menyebabkan penyakit berat pada saluran pernapasan.
Pandemi COVID-19 bermula di Wuhan, China, pada penghujung 2019; dan di China telah mencapai puncaknya pada akhir Januari sd awal Februari 2020. Di lingkup dunia, COVID-19 sedang bergerak ke arah puncak, dan setelah itu akan menurun dan akhirnya reda.
Pada 4 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan 2 kasus COVID-10 yang pertama di Indonesia; dan pada 3 April 2020, kasus positif COVID-19 meningkat menjadi 1986; meninggal dunia 181 orang; dan sembuh 134 orang. Dua kasus pertama telah sembuh, dan dengan kesembuhan ini, sejak awal kita mengetahui bahwa penderita COVID-19 bisa sembuh.
COVID-19 di Indonesia:
20 Maret 2020:
Total Kasus: 369;
Total Mati: 32; Total Sembuh: 16.
21 Maret 2020:
Total Kasus (TK): 450,
Kasus Baru (KB): 81 – 20,6 % dari KA;
Kasus Aktif (KA): 392;
Bekas Kasus (BK): 58.
Total Mati (TM): 38 – 65,5 % dari BK;
Total Sembuh (TS): 20 — 34,5 % dari BK.
22 Maret 2020:
TK: 514; KB: 64 — 14,6 % dari KA; KA: 437; BK: 77.
TM: 48 — 62,3 % dari BK; TS: 29 — 37,7 % dari BK.
23 Maret 2020:
TK: 579; KB: 65 — 13 % dari KA; KA: 500; BK: 79.
TM: 49 — 62,0 % dari BK; TS: 30— 38,0 % dari BK.
24 Maret 2020:
TK: 685; KB: 106 — 17,6 % dari KA; KA: 600; BK: 85.
TM: 55 — 64,7 % dari BK; TS: 30 —- 35,3 % dari BK.
25 Maret 2020:
TK: 790; KB: 105 — 14,9 % dari KA; KA: 701; BK: 89.
TM: 58 — 65,1 % dari BK; TS: 31 — 34,9 % dari BK.
26 Maret 2020:
TK: 893; KB: 103 — 13,2 % dari KA; KA: 780; BK: 113.
TM: 78 — 69,0 % dari BK; TS: 35 — 31,0 % dari BK.
27 Maret 2020:
TK: 1.046; KB: 153 — 16,7 % dari KA; KA: 913; BK: 133.
TM: 87 — 65,4 % dari BK; TS: 46 — 34,6 % dari BK.
28 Maret 2020:
TK: 1.155; KB: 109 — 10,9 % dari KA; KA: 994; BK: 161.
TM: 102 —- 63,3 % dari BK; TS: 59 — 36,7 % dari BK.
29 Maret 2020:
TK: 1.285; KB: 130 — 11,7 % dari KA; KA: 1.107; BK: 178.
TM: 114 —- 64,0 % dari BK; TS: 64 — 36,0 % dari BK.
26 Maret 2020:
TK: 893; KB: 103 — 13,2 % dari KA; KA: 780; BK: 113.
TM: 78 — 69,0 % dari BK; TS: 35 — 31,0 % dari BK.
27 Maret 2020:
TK: 1.046; KB: 153 — 16,7 % dari KA; KA: 913; BK: 133.
TM: 87 — 65,4 % dari BK; TS: 46 — 34,6 % dari BK.
28 Maret 2020:
TK: 1.155; KB: 109 — 10,9 % dari KA; KA: 994; BK: 161.
TM: 102 —- 63,3 % dari BK; TS: 59 — 36,7 % dari BK.
29 Maret 2020:
TK: 1.285; KB: 130 — 11,7 % dari KA; KA: 1.107; BK: 178.
TM: 114 —- 64,0 % dari BK; TS: 64 — 36,0 % dari BK.
30 Maret 2020:
TK: 1.414; KB: 129 —- 10,5 % dari KA ; KA: 1217; BK: 197.
TM: 122 — 61,9 % dari BK; TS: 75 — 38,1 % dari BK.
31 Maret 2020:
TK: 1.528; KB: 114 — 8,6 % dari KA; KA: 1311; BK: 217.
TM: 136 — 62,6 % dari BK; TS: 81 — 37,4 % dari BK.
01 April 2020:
TK: 1.677; KB: 149 — 10,5 % dari KA; KA: 1417; BK: 260.
TM: 157 – 60,3 % dari BK; TS: 103 — 39,7 % dari BK.
02 April 2020:
TK: 1.790, KB: 113 — 7,4 % dari KA; KA: 1508; BK: 282;
TM: 170 – 60,2 % dari BK; TS: 112 — 39,8 % dari BK.
03 April 2020:
TK: 1986, KB: 196 — 11,7 % dari KA; KA: 1671; BK: 315;
TM: 181 – 57,5 % dari BK; TS: 134 — 42,5 % dari BK.
Untuk melihat pergerakan kasus baru COVID-19 di Indonesia, saya bandingkan rata-rata persentase kasus baru terhadap total kasus dari dua periode waktu yang berbeda, yaitu dari 21 sd 27 Maret 2020, dengan rata-rata persentase kasus baru terhadap total kasus dari 28 Maret sd 3 April 2020.
Ditemukan hasil sebagai berikut: Dari 21 sd 27 Maret 2020, persentase rata-rata perhari: 15,8 %; sedangkan dari 28 Maret sd 3 April 2020, persentase rata-rata perhari: 10,1 %. Data ini memperlihatkan bahwa kecepatan penyebaran COVID-19 di Indonesia berhasil dihambat.
Tetapi, kemajuan kesembuhan pasien COVID-19 di Indonesia masih sangat lambat. Pada 21 Maret 2020, persentase total sembuh terhadap bekas kasus (closed cases) 34,5 %, dan pada 3 April 2020, membaik menjadi 42,5 % (dan ini capaian kita yang terbaik). Di lingkup Dunia, pada 3 April 2020, bekas kasus (closed cases) 266.817; total sembuh 213.525 (80%); total mati 53.292 (20%).
Ada fakta yang menarik dalam penyebaran COVID-19.
Saya mencoba membandingkan penyebaran COVID-19, antara negara-negara tropis dengan negara-negara subtropis. Pada 3 April 2020, terlihat kasus COVID-19 di negara-negara tropis sangat sedikit dibanding dengan kasus di negara-negara subtropis.
Di negara-negara subtropis ditemukan kasus sebagai berikut:
USA: 245.373; Italy: 115.242;
Spain: 112.065; Germany: 84.794; China: 81.620; France: 59.105;
Iran: 50.468.
Di negara-negara tropis ditemukan kasus sebagai berikut:
Malaysia: 3.116; India: 2.567;
Indonesia: 1.986; Thailand: 1.978; Uruguay: 569; Nigeria: 184; Kenya: 110.
Banyak pakar menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 di wilayah tropis lebih lambat, karena penyebaran virusnya terhambat oleh udara panas. Saya sependapat dengan para pakar ini, dan fakta di atas membuktikannya.
Tetapi kita perlu memperhatikan faktor penentu lainnya. China, negara tempat dimulainya COVID-19, dengan cepat penyakit ini meluas dan mengambil banyak korban. Badai COVID-19 di China mencapai puncaknya pada akhir Januari sd awal Februari 2020; dan setelah itu pertumbuhan kasus COVID-19 melambat.
Angka kematian menurun dan pasien sembuh bertambah dengan cepat. Dan beberapa minggu setelah melewati puncak badai, China menutup sebagian besar RS COVID-19. Pada 3 April 2020, kasus COVID-19 di China: 81.620; meninggal dunia: 3.322; dan sembuh: 76.571. China mampu menghambat penyebaran COVID-19; dan juga mampu dengan cepat menyembuhkan sebagian besar penderitanya.
China telah menemukan cara yang tepat untuk menghambat penyebaran COVID-19; dan tampaknya juga telah menemukan obat yang membantu percepatan penyembuhan penderita COVID-19. Saya pikir, dalam hal penanggulangan COVID-19 ini, negara-negara lain, termasuk Indonesia, perlu belajar ke China.
Juga ada yang menarik dari Jepang. Walaupun negara ini berada di wilayah subtropis, kasus COVID-19 sangat sedikit; pada 3 April 2020 di negara ini ditemukan hanya 2.617 kasus; total mati 63; total sembuh 472. Fakta ini memperlihatkan penyebaran COVID-19 tidak hanya ditentukan oleh iklim suatu negara, tetapi juga oleh berbagai faktor penentu lainnya.
Pemerintah dan masyarakat Jepang mampu menghambat penyebaran COVID-19. Pemerintah Jepang mampu menetapkan strategi yang tepat, pada waktu yang tepat; dengan mengerahkan sumberdaya yang cukup. Dan masyarakat Jepang mendukung kebijakan negaranya dengan disiplin tinggi.
Dengan paparan di atas, saya ingin mengatakan, bahwa dalam melawan COVID-19, Indonesia diuntungkan oleh posisinya di wilayah tropis.Tetapi berbagai fakta di atas juga memperlihatkan adanya faktor penentu lainnya, yaitu pola pikir dan perilaku manusia. Dalam upaya menghambat penyebaran COVID-19, Indonesia cukup berhasil, tetapi dalam hal terapi, kita masih perlu banyak belajar.
Kita perlu belajar dari Jepang. Pemerintah dan masyarakat mau dan mampu bergotongroyong. Pemerintah mampu menetapkan strategi yang tepat, dan mengerahkan sumberdaya yang cukup. Masyarakat luas mengikuti arahan Pemerintah; rasional, kreatif dan disiplin.
Indonesia cukup berhasil dalam memperlambat penyebaran COVID-19. Saya pikir kemajuan ini hasil gabungan antara perilaku alam (Indonesia berada di wilayah tropis), serta pola pikir dan perilaku manusia Indonesia yang cukup positif. Tetapi kemajuan ini harus disertai dengan peningkatan persentase lesembuhan pasien. Dan untuk ini, kita perlu terus kerja keras dan banyak belajar.
Kita hadapi badai ini dengan rasional, sabar dan berpengharapan. Virus penyebab COVID-19 ini, akan melemah dan tidak menimbulkan penyakit lagi. Kesabaran kita dibutuhkan; kurangi kegiatan di luar rumah. Saling menolong dan saling menghibur, akan membantu kita mengurangi penderitaan.
Sebagaimana badai yang lain, baik badai alam maupun badai sosial, semua badai akan reda.
Belajar dengan kasus Cina, badai COVID-19 akan reda dalam hitungan bulan, bukan tahun; termasuk badai Covid-19 di Indonesia.
Akhirnya COVID-19 selesai; dan kita bersiap menghadapi kedatangan COVID yang lain.
Dan oleh karena itu, kita harus lebih giat lagi meneliti virus corona ini; mempelajari tabiat virusnya; mencarikan vaksin dan obat untuk melawan penyakit yang diakibatkannya.
Badai datang, badai pergi; tetapi jangan lupa, badai akan datang lagi. Itulah kehidupan manusia, mahluk paling cerdas di muka bumi ini.
Mari Bergotongroyong
Melawan COVID-19.
Tuhan Bersama Kita.