KEBANGKITAN ALUMNI ITB DI TANAH AIR
Oleh : Bimo Sasongko
(Bakal Calon Ketua Umum IA ITB Periode 2021-2025)
Institut Teknologi Bandung (ITB) telah berusia 100 tahun. Sejak berdiri pada 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool te Bandoeng disingkat TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS telah memiliki alumni yang kental dengan semangat perjuangan dan gotong royong. Serta mendorong domokratisasi disegala bidang, utamanya demokratisasi teknologi.
IA ITB memiliki peran strategis untuk menyadarkan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan potensi luar biasa, namun belum didayagunakan seoptimal mungkin.
IA ITB perlu membentuk platform gotong royong para intelektual bangsa yang sesuai dengan pembangunan manusia Indonesia khususnya membentuk SDM terbarukan. Karena selama ini para intelektual bangsa lebih suka kerja sendiri dan terlalu sibuk dengan ambisi masing-masing.
Akibatnya progres kemajuan bangsa tesendat dan indeks daya saing SDM bangsa belum menggembirakan. Perlu terobosan dalam pembangunan manusia agar bisa membuahkan produktivitas yang tinggi serta meningkatnya nilai tambah lokal. Saatnya kerja yang cerdas dan berkualitas, bukan kerja asal kerja karena dampak pandemi Covid-19 telah mendorong dunia melakukan tatanan baru.
Intelektual Indonesia kerja bersama disemangati oleh nilai tradisi keIndonesiaan yang telah membumi berabad-abad. Esensi kerja bersama adalah “holopis kuntul baris” yang identik dengan prilaku gotong royong ajaran leluhur bangsa. Lalu diformulasikan secara ideologis oleh seorang alumnus ITB yakni Presiden RI pertama Soekarno dan dilanjutkan oleh Presiden ke-3 Bapak BJ. Habibie.
Makna terdalam yang terkandung lembaga pendidikan tinggi seperti ITB adalah menyiapkan sebanyak mungkin SDM Iptek yang unggul. Baik SDM yang menggeluti hi-tech atau teknologi canggih maupun teknologi tepat guna yang sangat dibutuhkan oleh usaha rakyat.
Untuk mencetak dua kategori SDM Iptek tersebut dibutuhkan program yang progresif dan luar biasa. Menyiapkan SDM tanpa mewujudkan demokratisasi teknologi tidak akan optimal. Generasi milenial Indonesia sebagian besar hanya menjadi obyek produk teknologi dari luar negeri. Generasi milenial semakin kecanduan konsumerisme produk teknologi tanpa berdaya menumbuhkan nilai tambahnya.
IA ITB memiliki peran untuk mengatasi kebutuhan ruang kreatifitas dan inovasi segenap milenial bangsa. Sehingga proses demokratisasi teknologi nantinya bisa terwujud. Apalagi tren menunjukkan bahwa korporasi dunia sedang menekankan inisitif dan program demokratisasi teknologi.
Saatnya segenap IA ITB bisa tampil sebanyak-banyaknya menjadi skunk works pembangunan. Agar bangsa ini bisa melakukan lompatan yang dramatis. Seperti Leprechauns si pelompat yang luar biasa. Leprechauns telah menjadi legenda sekaligus ikon kemajuan bangsa Irlandia.
Irlandia Merupakan negeri yang berhasil melakukan lompatan besar sehingga dalam waktu yang singkat ( kurang dari satu generasi ) bisa mewujudkan kemajuan dan kemakmuran. Negeri yang bangga mendapat julukan sang Leprechauns itu kini memiliki pendapatan nasional per kapita yang lebih tinggi dari Jerman, Prancis, dan Inggris.
Mencetak generasi emas Indonesia tidak semudah membalikkan tangan. Harus ada usaha keras untuk melepas belenggu sistem pendidikan nasional lalu dibutuhkan inisiatif jitu yang sesuai semangat zaman. Karena pendidikan menjadi kunci kemajuan dan cara terbaik untuk meningkatkan martabat bangsa.
Proses pendidikan mestinya tidak terjebak dalam rutinitas dan formalitas belaka. Tetapi harus ada terobosan yang bersifat inovatif, kreatif dan transformatif dalam hal mencetak generasi emas menuju bangsa yang maju.