Jakarta, Cendekiawanprotestan.com
Siang itu bertempat di lantai 9 Ruang Inspektorat Kantor Wali Kota Administrasi Jakarta Utara kami menemui seorang pendeta senior, lembut tapi tegas dalam menyampaikan renungan kebenaran firman Tuhan yang disampaikan beberapa waktu lalu, Jumat, (21/06-2019).
Kegiatan saat itu adalah Persekutuan Oikoumene Karyawan Wali Kota Jakarta Utara. Pendeta senior yang kami maksudkan itu adalah Pdt. Yan Rudolf Tambayong yang telah berusia 71 tahun. Ia lahir di Manado tepatnya pada tanggal 30 Agustus 1948. Berkisah dalam wawancara tersebut ia menuturkan setamat SMA di Manado ia masuk AKABRI LAUT. Karena satu dan lain hal terjadi perubahan dari AL ia justru pindah bekerja di Pertamina. Pada usia 28 tahun ia married, menikahi seorang gadis minahasa nan cantik bernama Makdaria Manopo.
Ketika ia diminta menjadi Majelis di GPIB Martin Luther, Jakarta Timur dan tentunya berkhotbah menjadi salah satu tugas tanggung jawab dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksiannya, dari sanalah timbul panggilan pelayanannya, karena ketika diamati Yan Rudolf Tambayong dianggap bertalenta dalam berkhotbah. Hanya saja ia berpikir jika berkhotbah hanya menggunakan akal pikiran berarti berarti ia berbohong. Maka ia meminta rekomendasi di beberapa Sekolah Tinggi Teologia untuk mengenyam dan menguasai ilmu teologi, tetapi pada umumnya menolak karena tidak diijinkan sambil bekerja. Yang bisa menerima hanya di STT Tiranus Cimahi, Bandung Jawa Barat. Maka dengan mantap ia berkuliah di sana sambil bekerja.
Usai S1 Theologia Yan mengadu peruntungan masuk pelayanan di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat, namun sayang niatnya ini tak membuahkan hasil. Majelis Sinode GPIB tidak mengijinkan calon Pendeta melayani sambil bekerja, harus fokus pada pelayanan jika hendak melayani di GPIB dan harus tinggalkan pekerjaan maka Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) yang menerimanya. KGPM berpusat di Manado.
Yan Rudolf Tambayong pernah melayani di Suharjo selama 25 tahun. Pensiun dari Pertamina ia minta ijin keluarga untuk melayani di Manado 10 tahun dan setelah itu kembali ke Jakarta. Mengapa ia mengambil keputusan melayani? Yan mengungkatkan, “Kalau melayani itu merupakan panggilan. Ketika Tuhan memanggil maka tentu Tuhan yang akan mengutus kita dan memberikan jalan dan Tuhan tak akan membiarkan kita.” Ungkapnya.
Kebangkitan gereja sekarang ini di Indonesia sangat luar biasa. Gereja mendapat kebebasan. Kalaupun ada benturan kecil ini bukan masalah karena masalah itu bukan datang dari pemerintah tetapi kelompok sendiri/oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah sangat welcome terhadap gereja karena merupakan bagian bangsa dan negara.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Sebagai warga gereja masalah kehidupan mau di manapun pasti ada konflik. Ketika Yesus melayani pun murid Yesus pun ada masalah. Kita tidak perlu lari dari masalah tetapi mari kita hadapi masalah dengan keyakinan iman, kerja layan, berintegritas dan jujur sehingga melahirkan buah.” Ungkapnya mantap.
Ketika diminta pendapatnya tentang spiritualitas generasi milenial saat ini ia menyatakan, “Spiritual anak-anak muda saat ini luar biasa, sebagian besar mereka mendapat -masukan bangkit dan di jalan benar meski ada satu dua yang kurang pemahaman, pengertian agak sedikit melenceng suka tidak suka tidak akan semulus seperti yang apa kita pikirkan.” katanya lagi.
Yan Rudolf Tambayong berharap agar bangsa dan negara kita punya tolerensi satu terhadap yang lain. Negara ini berdiri untuk semua. Semua umat beragama terlibat di dalamnya. Karena itu toleransi itu harus kita jaga karena kita semua bersaudara.
Kaum muda jangan terbawa arus medsos yang sering menampilkan bahasa yang sering menyudutkan orang. Jika menghadapi masalah iman dalam kehidupan bergereja, jangan tanya penyelesaiannya pada pihak lain. Tanyakan dan berdiskusi pada pendeta di jemaat masing-masing agar mendapatkan solusi.
Pdt. Yan Rudolf Tambayong memimpin KGPM Sidang Sejahtera yang beralamat di Jalan Kramat V No. 9 dengan jadwal ibadah pada pukul 10.00. Yan adalah gembala sidang jemaat tersebut.
Pdt. Yan Rudolf Tambayong mempunyai tiga anak : Anak pertama drg. Maya Tambayong bersuamikan Prasto Widagdo.yang bekerja di perusahaan Faber Castel, perusahaan Swiss serta memiliki anak Azra (Echa) dan Bill. Anak kedua Chintya Tambayong seorang apoteker bersuamikan Letkol Charles Y. Alling yang bertugas di Kopasus TNI AD, mereka memiliki anak yang bernama Gavin serta anak ketiga Ardhy Tambayong seorang Polisi di Polres Tangerang Selatan dan beristrikan Fanny Paat dan mereka memiliki anak yang bernama Kenesya dan Keyko.
(Johan Sopaheluwakan)