Penanggulangan COVID-19 Di Indonesia
Memperlihatkan Beberapa Kemajuan.
Oleh: Merphin Panjaitan.
Pengantar.
Tulisan ini dibuat dengan mengutip data dari berbagai laporan. Penulis melakukan kajian sederhana terhadap data tersebut dan mengemukakan pendapatnya; dan kemudian tulisan disebarluaskan sebagai sumbangan pemikiran dalam menghadapi badai COVID-19 yang sedang melanda Dunia, termasuk Indonesia.
Dari Wuhan, China, ke seluruh Dunia.
COVID-19 disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini masih satu keluarga dengan virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang muncul di China pada tahun 2003; dan virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS), yang muncul di Arab Saudi pada tahun 2012. COVID-19 muncul di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada 31 Desember 2019, Pemerintah China melaporkan kepada WHO tentang merebaknya novel coronavirus yang menyebabkan penyakit berat pada saluran pernapasan. COVID-19 di China telah mencapai puncaknya pada akhir Januari sd awal Februari 2020. Di lingkup dunia, COVID-19 sedang bergerak ke arah puncak, dan setelah itu menurun dan akhirnya reda; hal ini juga sedang terjadi di Indonesia. Pada 4 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan 2 kasus COVID-10 yang pertama; dan pada 24 April 2020, kasus positif COVID-19 meningkat menjadi 8211; meninggal dunia 689 orang; dan 1002 orang sembuh.
Penyebaran di wilayah tropis lebih lambat.
Ada fakta yang menarik dalam penyebaran COVID-19. Saya mencoba membandingkan penyebaran COVID-19, antara negara-negara tropis dengan negara-negara subtropis. Pada 22 April 2020, terlihat kasus COVID-19 di negara-negara tropis sangat sedikit dibanding dengan kasus di negara-negara subtropis. Di negara-negara subtropis ditemukan kasus sebagai berikut: USA: 819.175; Spain: 208.389; Italy: 183.957; France: 158.050; Germany: 148.453; UK: 129.044; Iran: 84.802. Di negara-negara tropis, ditemukan kasus sebagai berikut: India: 20.178; Indonesia: 7.418; Philippines: 6.710; Malaysia: 5.532; Argentina: 3.144; Nigeria: 782; Kenya: 296. Banyak pakar menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 di wilayah tropis lebih lambat, karena penyebaran virusnya terhambat oleh udara panas. Saya sependapat dengan para pakar ini, dan fakta di atas membuktikannya.
Pola pikir dan perilaku manusia lebih menentukan.
Tetapi kita perlu memperhatikan faktor penentu lainnya. China, negara tempat dimulainya COVID-19, dengan cepat penyakit ini meluas dan mengambil banyak korban. Badai COVID-19 di China mencapai puncaknya pada akhir Januari sd awal Februari 2020; dan setelah itu pertumbuhan kasus COVID-19 melambat. Angka kematian menurun dan pasien sembuh bertambah dengan cepat. Dan beberapa minggu setelah melewati puncak badai, China menutup sebagian besar RS COVID-19. Pada 22 April 2020, kasus COVID-19 di China: 82.788; meninggal dunia: 4.632; dan sembuh: 77.151. China mampu menghambat penyebaran COVID-19; dan juga mampu dengan cepat menyembuhkan sebagian besar penderitanya. China telah menemukan cara yang tepat untuk menghambat penyebaran COVID-19; dan tampaknya juga telah menemukan obat yang membantu percepatan penyembuhan penderita COVID-19. Saya pikir, dalam hal penanggulangan COVID-19 ini, negara-negara lain, termasuk Indonesia, perlu belajar ke China. Juga ada yang menarik dari Jepang. Walaupun negara ini berada di wilayah subtropis, kasus COVID-19 sedikit; pada 22 April 2020 di negara ini ditemukan hanya 11.512 kasus; total mati 281; total sembuh 1.356. Fakta ini memperlihatkan penyebaran COVID-19 tidak hanya ditentukan oleh iklim suatu negara, tetapi juga oleh berbagai faktor penentu lainnya. Dengan paparan di atas, saya ingin mengatakan, bahwa dalam melawan COVID-19, Indonesia diuntungkan oleh posisinya di wilayah tropis.Tetapi berbagai fakta di atas juga memperlihatkan adanya faktor penentu lainnya, yaitu pola pikir dan perilaku manusia. Dalam upaya menghambat penyebaran COVID-19, Indonesia cukup berhasil, tetapi dalam hal terapi, kita masih perlu banyak belajar. Indonesia cukup berhasil dalam memperlambat penyebaran COVID-19. Saya pikir kemajuan ini hasil gabungan antara perilaku alam (Indonesia berada di wilayah tropis), serta pola pikir dan perilaku manusia Indonesia yang cukup positif. Tetapi kemajuan ini harus disertai dengan percepatan penyembuhan pasien; dan untuk ini, kita perlu terus kerja keras dan banyak belajar.
Beberapa kemajuan.
Datatersebut dibawah ini, yaitu Total Kasus (TK); Kasus Baru (KB); Kasus Aktif (KA); Bekas Kasus (BK); Total Mati (TM); Total Sembuh (TS), akan dianalisis, untuk memperlihatkan kemajuan yang telah kita capai, dan juga untuk melihat keterlambatan yang harus segera kita kejar.
26 Maret 2020: TK: 893; KB: 103; KA: 780; BK: 113; S: 4; TM: 78 (69,0% dari BK); TS: 35(31,0%).
27 Maret 2020:TK: 1.046; KB: 153; KA: 913; BK: 133; S: 11;TM: 87(65,4% dari BK); TS: 46(34,6%).
28 Maret 2020:TK: 1.155; KB: 109; KA: 994; BK: 161; S: 13;TM:102(63,3% dari BK); TS: 59(36,7%) 29 Maret 2020:TK: 1.285; KB: 130; KA: 1.107; BK: 178; S: 5;TM: 114(64,0% dari BK); TS: 64(36,0%)
30 Maret 2020: TK: 1.414; KB: 129; KA: 1217; BK: 197: S: 11;TM: 122(61,9 % dari BK); TS: 5(38,1%)
31 Maret 2020: TK: 1.528; KB: 114; KA: 1311; BK: 217; S: 6; TM: 136(62,6% dari BK); TS: 81(37,4 %)
01 April 2020: TK: 1.677; KB: 149; KA: 1417; BK: 260; S: 22;TM: 157(60,3% dari BK);TS:103( 39,7 %)
02 April 2020: TK: 1.790, KB: 113; KA: 1508; BK: 282; S: 9;TM: 170(60,2% dari BK); TS:112(39,8 %)
03 April 2020: TK: 1986; KB: 196; KA: 1671; BK: 315; S: 22;TM: 181(57,5 % dari BK);TS: 134(42,5 %)
04 April 2020: TK: 2092; KB: 106; KA: 1751; BK: 341; S: 16;TM: 191(56 % dari BK); TS:150(44 %)
05 April 2020: TK: 2273; KB: 181; KA:1911; BK: 362; S: 14;TM: 198(54,6 % dari BK); TS:164(45,4 %)
06 April 2020: TK: 2491; KB: 218; KA: 2090; BK: 401; S: 28;TM: 209(52,1 % dari BK); TS:192(47,9 %)
07 April 2020: TK: 2738, KB: 247; KA: 2313; BK: 425; S: 12;TM: 221 (52 % dari BK); TS: 204(48 %)
08 April 2020: TK: 2956;KB: 218; KA: 2494; BK: 462; S: 18;TM:240(51,9 % dari BK); TS:222(48,1 %)
09 April 2020: TK: 3293; KB: 337; KA: 2761; BK: 532; S: 30;TM: 280(52,6 % dari BK);TS: 252(47,4 %)
10 April 2020: TK: 3512; KB: 219; KA: 2924; BK: 588; S: 30; TM: 306(52 % dari BK); TS: 282(48 %)
11 April 2020:TK: 3.842; KB: 330; KA: 3229; BK: 613; S: 4; TM: 327(53,3 % dari BK);TS: 286(46,7 %)
12 April 2020:TK: 4.241; KB: 399; KA: 3509; BK: 732; S: 73;TM: 373(50,9 % dari BK);TS: 35949,1 %)
13 April 2020:TK: 4557; KB: 316; KA: 3778; BK: 779; S: 21;TM: 399(51,2 % dari BK); TS:380(48,8 %)
14 April 2020:TK: 4839; KB: 282; KA: 3954; BK: 885; S: 46;TM: 459(51,8 % dari BK); TS:426(48,2 %)
15 April 2020:TK: 5136; KB: 297; KA: 4222; BK: 915; S: 20;TM: 469(51,2 % dari BK); TS:446(48,8 %)
16 April 2020:TK: 5516; KB: 380; KA: 4472; BK:1044; S:102;TM:496(47,5 % dari BK);TS:548( 52,5 %)
17 April 2020:TK: 5923; KB: 407; KA:4796; BK:1127; S: 59;TM: 520(46,1 % dari BK); TS: 607(53,9 %)
18 April 2020:TK: 6248; KB:325; KA: 5082; BK:1166; S: 24;TM: 535(45,9 % dari BK); TS: 631(54,1 %)
19 April 2020:TK: 6575;KB: 327; KA: 5307; BK: 1268; S: 55;TM: 582(45,9 % dari BK);TS: 686(54,1 %)
20 April 2020:TK:6760;KB: 185; KA: 5423; BK: 1337; S:61;TM: 590(44,1 % dari BK); TS: 747(55,9 %)
21 April 2020:TK:7135; KB: 375;KA: 5677;BK: 1458; S: 95;TM: 616(42,2 % dari BK); TS:842(57,8 %)
22 April 2020: TK: 7418; KB: 283; KA: 5870; BK: 1548; S: 71;TM: 635(41 % dari BK); TS:913(59 %)
Untuk mengetahui kemajuan penanganan COVID-19 di Indonesia, akan dibandingkan jumlah pasien sembuh dari waktu ke waktu; dan pada waktu yang sama, dihitung juga jumlah kasus baru. Pada kesempatan ini akan dibandingkan keadaan pada 4 periode waktu, yaitu: Pertama, dari 26 Maret sd 1 April 2020; Kedua, dari 2 sd 8 April 2020; Ketiga, dari 9 sd 15 April 2020; Keempat, dari 16 sd 22 April 2020. Pertama, 26 Maret – 1 April 2020, sembuh 72, rata-rata per hari 10,3 dan kasus baru 887, rata-rata per hari 126,7; Kedua, 2-8 April 2020, sembuh 119, rata-rata per hari 17 dan kasus baru 1279, rata-rata per hari 182,7; Ketiga, 9-15 April 2020, sembuh 224, rata-rata per hari 32 dan kasus baru 2180, rata-rata per hari 311,4; Keempat, 16-22 April 2020, sembuh 467, rata-rata per hari 66,7 dan kasus baru 2282, rata-rata per hari 326.
Kemajuan pertama, perbandingan antara total sembuh dengan total mati, dari waktu ke waktu semakin membaik. Total sembuh banding total mati pada: 26 Maret 2020: 31 banding 69; 2 April 2020: 40 banding 60; 8 April 2020: 48 banding 52; 16 April 2020: 53 banding 47; dan 22 April 2020: 59 banding 41. Fakta ini memperlihatkan, bahwa pasien sembuh dari waktu ke waktu semakin banyak, dan pasien mati jumlahnya lebih sedikit dari pasien sembuh. Tetapi, dibanding dengan kesembuhan di lingkup Dunia, kemajuan kesembuhan pasien COVID-19 di Indonesia masih sangat lambat. Pada 22 April 2020, Total Sembuh banding Total Mati di Indonesia: 59 banding 41; sementara itu pada hari yang sama, di lingkup Dunia, Total Sembuh banding Total Mati: 80 banding 20.
Kemajuan kedua, dari minggu ke minggu, penambahan pasien sembuh lebih cepat dari penambahan kasus baru, dan akibatnya perbandingan antara pasien sembuh dengan kasus baru dari minggu ke minggu, semakin mengecil. 26 Maret sd 1 April 2020: pasien sembuh banding kasus baru: 1 banding 12; 2-8 April 2020: 1 banding 11; 9-15 April 2020: 1 banding 10; 16-22 April 2020: 1 banding 5. Fakta ini memperlihatkan, bahwa proses penyembuhan berhasil dipercepat; dan pada waktu yang sama, pertumbuhan kasus baru berhasil diperlambat.
Pada 22 April 2020, total test yang kita lakukan masih sedikit, yaitu 50.370; sedangkan total test di Malaysia 110.109 dan di Jepang 124.550. Rendahnya total test ini, bisa jadi belum mengungkapkan kondisi dan peta sebaran COVID-19 yang sebenarnya, dan hal ini bisa mengurangi ketepatan strategi pembendungan COVID-19, dan pengobatannya. Pada 22 April 2020, di Indonesia, perbandingan antara total sembuh dengan total mati: 59 berbanding 41, sedangkan di lingkup dunia, 80 berbanding 20. Fakta ini memperlihatkan bahwa proses penyembuhan penderita COVID-19 di Indonesia masih terlalu lama, dan oleh karena itu, kita perlu kerja lebih keras dan belajar lebih banyak.
Indonesia diuntungkan oleh posisinya di wilayah tropis; tetapi paparan di atas memperlihatkan adanya faktor penentu lainnya. Dalam menghadapi badai COVID-19, kita harus mampu bergerak lebih cepat lagi; dan untuk itu kita perlu belajar dari negara-negara lain, yang telah berhasil meningkatkan jumlah pasien sembuh, seperti China dan Jerman. Pada 22 April 2020, total sembuh di China 77.151 dan di Jerman 99.400 (terbanyak di dunia)
Badai datang, badai pergi, dan badai akan datang kembali.
Kita hadapi badai ini dengan rasional, kerja keras, kerja dirumah, sabar dan berpengharapan. Kita juga harus mampu melihat badai ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk membuat sendiri peralatan, vaksin, dan obat-obat yang dibutuhkan. Kita harus mampu mandiri, dan untuk itu kita harus mau belajar dan berani mencoba. Percaya diri, kerja keras dan gotongroyong. Saling menolong dan saling menghibur, membantu kita mengurangi penderitaan. Akhirnya, badai COVID-19 selesai; dan kita bersiap menghadapi kedatangan COVID yang lain. Dan oleh karena itu, kita harus lebih giat lagi meneliti virus corona ini; mempelajari tabiat virusnya; mencarikan vaksin dan obat untuk melawan penyakit yang diakibatkannya. Sebagaimana badai yang lain, baik badai alam maupun badai sosial, pada akhirnya reda. Tetapi jangan lupa, di kemudian hari nanti, badai lain datang lagi, begitu seterusnya. Itulah kehidupan manusia, mahluk paling cerdas di muka bumi ini.
*Merphin Panjaitan: adalah Penasehat Perkumpulan Cendekiawan Protestan Indonesia (PCPI).