Penyandang Diabetes Harus Mencapai Target Gula Darah agar Terhindar dari Risiko Perparahan COVID-19

0
474

Penyandang Diabetes Harus Mencapai Target Gula Darah agar Terhindar dari Risiko Perparahan COVID-19

 

· Centers for Disease Control (CDC) telah menambahkan diabetes tipe 2 ke daftar kelompok berisiko COVID-19, yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit parah atau kematian.1

· Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa diabetes menempati urutan kedua penyakit penyerta kasus positif dan kasus kematian karena COVID-19, setelah hipertensi. 2

· Untuk menghindari risiko perparahan pada penyandang diabetes, maka tercapainya target gula darah menjadi sangat penting. Target gula darah yang tidak tercapai dapat menyebabkan hasil yang buruk pada pasien dengan diabetes dan COVID-19.3

 

Jakarta, Cendekiawanprotestan.com

 

Diabetes adalah salah satu penyakit penyerta atau komorbiditas utama dari kasus positif dan kasus meninggal COVID-19. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per tanggal 4 Agustus 2020, diabetes menempati urutan kedua setelah hipertensi. Hal ini berarti penyandang diabetes akan lebih rentan mengalami perparahan bahkan menyebabkan kematian jika terinfeksi COVID-19.

dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES; Endokrin mengatakan, “Apabila seseorang yang memiliki penyakit diabetes terpapar virus COVID-19, maka mereka memiliki potensi lebih besar untuk mengalami tingkat keparahan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan fluktuasi level gula darah dan kemungkinan adanya komplikasi diabetes lainnya.”

Dengan kata lain, penyandang diabetes harus lebih waspada dan disiplin dalam menjaga kadar gula darah senantiasa berada dalam kisaran target untuk mencegah terjadinya komplikasi. Disiplin dalam mencegah komplikasi ini tentunya juga tak hanya saat pandemi COVID-19, tetapi harus dijalankan setiap saat agar penyandang diabetes dapat beraktifitas secara normal.

Cara termudah untuk mencegah komplikasi adalah dengan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal. Hal ini dapat dicapai dengan kepatuhan dalam menjalankan pengobatan baik dengan obat oral maupun insulin, dan tetap berkonsultasi dengan dokter.

Namun, pada saat pandemi COVID-19 ini masyarakat cenderung takut untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Hal ini terlihat dari survey MarkPlus Industry Roundtable edisi ke 20 yang membahas institusi kesehatan selama COVID-19.4 Berdasarkan hasil survei cepat yang dilakukan, masyarakat semakin takut untuk mengunjungi rumah sakit sejak pandemi. 71,8 persen responden mengaku tidak pernah mengunjungi rumah sakit ataupun klinik sejak adanya COVID-19.4[1]

“Ketakutan masyarakat untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan ini dapat mengakibatkan pasien diabetes mengurangi kepatuhan dalam menjalankan pengobatan dan memeriksa kadar gula darahnya, sehingga apabila kepatuhan ini berkurang dan gula darah naik dari kisaran target, pasien diabetes berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi di masa depan walaupun tidak terinfeksi COVID-19” lanjut Dr. Roy.

dr. Widyastuti, MKM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan bahwa sebenarnya masyarakat tidak perlu takut untuk mengunjungi fasilitas kesehatan di masa pandemi ini asalkan mengikuti protokol kesehatan. “Walaupun di masa pandemi COVID-19, pengobatan diabetes tetap harus berjalan seperti biasa. Maka, penyandang diabetes tidak perlu takut pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan atau berkonsultasi dengan dokter. Selama mereka memperhatikan protokol keselamatan atau yang kita sebut gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan teratur, maka kesehatan dan keamanan dapat tetap terjaga.” Ujar beliau.

Diabetes merupakan penyakit yang erat sekali hubungannya dengan gaya hidup. Oleh karena itu, penyandang diabetes harus memperhatikan pola makan dan gaya hidup, melakukan olahraga yang tepat, serta mengecek kadar gula darah dengan teratur selama pandemi COVID-19 ini. Penderita diabetes juga dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila memiliki gejala yang mirip dengan flu, seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas agar segera mendapatkan pertolongan yang tepat.

Osy, seorang penyandang diabetes mengungkapkan bahwa, “Memang pasti ada rasa ragu untuk pergi ke puskesmas atau rumah sakit di masa pandemi ini. Tapi saya mengerti betul bahwa saya sebagai penderita diabetes harus tetap sehat dan mengontrol kadar gula darah tetap dalam kisaran target dengan cara tetap berobat dan berkonsultasi dengan dokter. Karena yang kami hadapi adalah apabila terinfeksi COVID-19 dan gula darah tidak terkontrol, akibatnya COVID-19 akan menjadi lebih berat, di sisi lain apabila menghentikan konsultasi dengan dokter dan mengabaikan kontrol gula darah, walaupun kami di rumah saja dan terhindar dari COVID-19, risiko komplikasi yang akan membayangi. Oleh karena itu, saya tetap pergi kontrol ke rumah sakit, tentunya dengan mematuhi protokol keselamatan yang berlaku.”

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan selama masa adaptasi kebiasaan baru ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta senantiasa menyosialisasikan Gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai protokol kesehatan mandiri untuk masyarakat. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Novo Nordisk bekerja sama dalam program Cities Changing Diabetes untuk mebengkokkan kurva diabetes terutama di perkotaan.

###

[1] https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/people-with-medical-conditions.html#diabetes

2 https://covid19.go.id/peta-sebaran, akses tanggal 4 Agustus 2020.

3 Pasquel, F.J. and Umpierrez, G.E., 2020. Individualizing Inpatient Diabetes management during the Coronavirus disease 2019 Pandemic. Journal of Diabetes Science and Technology, p.1932296820923045

4 MarkPlus Industry Roundtable 20 – Healthcare Service Industry, 29 Juni 2020 https://www.youtube.com/watch?v=OQ5X7IV2dJA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here