Roh-roh Najis Menginvasi Gereja

0
1141

 

 

Oleh:    Hotben Lingga, M.Th.

 

Roh-roh najis dan para anti-kris kini sedang menginvasi, menyerang dan membajak Gereja-gereja. Roh-roh jahat telah menyusup ke dalam Gereja-gereja untuk memimpin Gereja-gereja Tuhan melawan Tuhan bersama Iblis. Dengan strategi yang terencana, Setan telah melepaskan wabah “Homoseks/Lesbi” dan kekacauan untuk merusak ciptaan Tuhan dan Firman KudusNya, Tidak diragukan lagi Gereja sedang menghadapi ancaman serius dan terlibat dalam perang dunia “pemikiran”, perang budaya melawan Kristen dan benturan peradaban. Dengan menyusup ke dalam gereja, kaum anti Kris telah melumpuhkan dan membuat banyak gereja menjadi “stroke”.

Pimpinan Gereja Katedral Nasional Washington D.C., Gary Hall, dalam sebuah kotbahnya di kebaktian khusus pemuda homoseks-lesbi beberapa waktu lampau menyatakan “Adalah berdosa menentang Homoseksualitas”.Dalam kotbahnya itu Gary Hall menyalahkan gereja-gereja Protestan Injili di AS yang menentang homoseksualitas/lesbianisme.

“Kita harus berani bersikap final menyatakan bahwa homophobia (ketakutan atau kebencian terhadap kaum homo-lesbi) dan heteroseksisme (yang hanya mendukung hubungan seks laki-laki dengan perempuan) merupakan dosa. Memalukan apabila orang yang mengasihi orang lain disebut dosa. Gereja yang melawan homoseksualitas akan menghasilkan budaya yang berbahaya bagi anak-anak. Tragis sekali dan memalukan sekali apabila Gereja melawan homoseksualitas. Orientasi seksual adalah sebuah karunia. Yang penting karunia seks itu dipergunakan secara bertanggung-jawab”.ungkapnya.

Mantan Uskup Agung Gereja Anglikan Afrika Selatan, Desmond Tutu, kini menjadi salah seorang pendukung Gerakan Homo. Tutu menyatakan,”Saya lebih suka masuk neraka daripada masuk surga yang menolak/anti kepada kaum homo. Saya tidak mau menyembah Allah yang anti-homo. Mereka yang anti homo sama dengan kaum apartheid”. Tutu juga menyatakan “homoseksualitas merupakan suatu anugerah/berkat dari Tuhan”. Celakanya, banyak orang Kristen yang mengikut Tutu dan Injil palsunya. Bahkan sudah banyak tokoh Protestan Injili (termasuk di dalamnya pendeta-pendeta aliran Karismatik/Pentakosta), kini juga sudah menyatakan bahwa homoseksualitas tidak bertentangan dengan Alkitab. Pdt. Joel Osteen misalnya menegaskan bahwa “Allah menerima kaum homoseks”.

Ini merupakan pemberontakan hedonistis para pendeta, penginjil, pastor terhadap Tuhan. Pendeta-pendeta liberal yang menerima kejahatan ini dalam gereja-gereja mereka pada dasarnya sedang berdiri bersama Setan melawan Tuhan. Gereja-gereja denominasi Methodis, Lutheran, Presbyterian, Baptis, Anglikan, Episkopal, Pentakosta, Karismatik dari sayap liberal telah memperbolehkan para homo-lesbi menjadi pendeta/uskup. Mereka menentang rancangan dan Firman kudusNya. Mereka menolak untuk menaati Firman Tuhan. Survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas umat Kristen di AS, termasuk Katolik, mendukung legalisasi perkawinan sesama-jenis. Ini merupakan tsunami bagi Gereja. Pada tahun 2004, 36 % umat Katolik dan 34% umat Protestan arus-utama di AS mendukung legalisasi perkawinan gay, saat ini 57% Katolik dan 55% Protestan arus-utama yang sudah mendukung legalisasi perkawinan sesama jenis. Di antara kaum Protestan Injili, juga sudah mengalami perubahan tektonik, 11% pada tahun 2004 menjadi 24% saat ini yang mendukung perkawinan sesama-jenis! World Vision, salah satu organisasi kemanusiaan Protestan Injili terbesar di dunia juga sudah menerima praktek perkawinan sesama jenis. Sekolah-sekolah teologia liberal kini dikemudikan dan dikontrol oleh kaum anti-kris pro-homo. Banyak dekan maupun rektor seminari yang merupakan pendeta homo atau lesbi. Mahasiswa-mahasiswi seminari liberal juga sudah dicuci otaknya dengan teologia pro LGBT ini.

Di sekolah-sekolah negeri di AS saat ini, anak-anak SD sudah diperkenalkan pendidikan seks baru; materi pendidikan seks yang diajar sejak TK sudah dipenuhi pikiran-pikiran homoseks, dirasuki agenda homoseksual. Anak-anak kecil di AS mulai dari pendidikan SD sampai universitas diindoktrinasi bahwa homoseksualitas itu suatu hal yang alamiah, bukan kejahatan. Guru-guru dan aktivis-aktivis homoseks sedang mengadakan program-program di sekolah-sekolah negeri untuk mengajarkan praktek homoseksual termasuk sodomi. Buku-buku pendidikan seks di sekolah-sekolah sebenarnya sedang mengadvokasi/mempropagandakan aktivitas seksual antara orang dewasa dengan anak-anak. Remaja-remaja di bawah 14 tahun sudah diindoktrinasi untuk melakukan hubungan seks bebas, poligami dan homoseks!

Sejak revolusi seks di tahun 1960-an di Barat dan selama 50 tahun belakangan ini, Gerakan politik kaum homo telah mentransformasi dirinya dari subkultur bawah tanah yang terlarang karena praktek seks illegal yang menyimpang menjadi kekuatan kultural/politis global. Kekuatan kaum homo di pemerintahan di Barat kini sudah menyamai dan bahkan cenderung melebihi pengaruh/kekuatan Gereja di badan-badan pembuat undang-undang dan pengadilan hukum di AS dan Eropa. Para homo telah membangun pasukan dan mesin perang yang hebat-hebat selama 50 tahun belakangan ini. Sebelum tahun 1960-an, fakultas-fakultas kedokteran di AS masih menyebut homoseksualitas sebagai penyakit (jiwa), akan tetapi saat ini mayoritas universitas di AS sudah menganut konsep relativisme seksual dari post-modernisme.- yang mengajarkan “tidak pernah ada yang benar atau salah tentang seks”. Semua nafsu seks adalah “sama/sederajat”. Kalau merasa enak (enjoy), lakukan saja”

Tahun 2013 merupakan tahun kemenangan bagi gerakan homo di Barat. AS, Perancis, Inggris telah “jatuh” dan “ditundukkan” kaum homo. Sudah 15 negara bagian di AS yang melegalisir perkawinan sejenis. Juni 2013 lalu, Katedral Nasional mengumandangkan bel gerejanya selama satu jam karena MA AS mengesahkan UU yang memperbolehkan perkawinan sejenis. Pramuka AS telah membolehkan anggotanya terlibat dalam kegiatan/gerakan/kampanye pro homo. Militer AS telah memperbolehkan prajurit-prajuritnya menjadi homo/lesbi. Ini merupakan buah dari kampanye agresif lembaga-lembaga/gerakan pro LGBT, korbannya di AS saja saat ini ada 100 juta lebih orang yang kena penyakit kelamin! Dan, di seluruh dunia saat ini paling sedikit ada 150 juta orang yang “berevolusi” menjadi homo/lesbi. Perilaku homoseks mengancam peradaban Barat dan telah menciptakan anarki kultural dan sosial. Dukungan pendeta-pendeta serigala berbulu domba pada gerakan kaum homo dianggap sebagai “sumber cahaya” dan sumber sukacita bagi para pendukung dan pelaku homoseks.

Ancaman Global Gerakan Homo

Gerakan Homoseksualitas merupakan musuh terbesar Gereja saat ini yang mengancam seluruh peradaban manusia. Sudah berabad-abad kaum anti-kris mempromosikan agenda homoseksual mereka. Homoseksualitas telah menjadi isu utama di sepanjang sejarah umat manusia dan menjadi isu moral paling penting di zaman kita. Dari peradaban-peradaban kuno sampai ke kekaisaran agung Yunani dan Romawi, dari kebudayaan India dan Cina, ke masyarakat modern Barat, homoseksualitas bukanlah subyek baru. Pengaruhnya telah terlihat di sepanjang sejarah.

Tujuan agenda gay adalah menghapus semua pikiran dan pandangan tentang moralitas seksual Alkitabiah/Kristen dari masyarakat. Mereka ingin meredefinisi secara radikal institusi dasar perkawinan yang logis dan wajar; meredefinisikan perkawinan, menghancurkan perkawinan Alkitabiah/Kristen. dan membongkar desain alami Tuhan untuk seksualitas manusia. Mereka tidak hanya ingin perilaku homoseks ditoleransi, tetapi juga dirayakan. Mereka ingin umat Kristen berubah. Dengan menciptakan slogan-slogan palsu “toleransi dan keberagaman” terhadap orientasi seksual”, tujuan (akhir) agenda kaum homoseks (LGBT) adalah mendapatkan hak sipil untuk berhubungan seks dengan anak-anak, mereka ingin melegalisir dan membudayakan praktek pedofilia yang dulu sudah dihapuskan oleh kekristenan. Mereka mempromosikan budaya seks dengan anak-anak (pedofilia). Roh-roh jahat (budaya) pedofilia kini datang kembali setelah dulu diusir oleh Kekristenan.

Salah satu strategi mereka adalah dengan mempengaruhi kebijakan publik. Di AS saat ini kaum advokat gerakan homo sedang memperjuangkan pembuatan undang-undang untuk mengkriminalkan setiap orang, organisasi atau perusahaan yang mengkritik, mengecam, menentang, memarjinalkan, mendiskreditkan dan mendiskriminasi kaum homo/lesbi/transjender, praktek homoseks maupun organisasi-organisasi pro homoseks.

Apabila Legislasi ini berhasil digolkan, sama seperti keberhasilan Legalisasi Perkawinan Sejenis, maka sekolah-sekolah Kristen dipaksa untuk bisa menerima kehadiran klub-klub homo dan pesta-pesta/perayaan-perayaan yang diselenggarakan kaum homo. Sekolah-sekolah atau kampus-kampus Kristen yang menolak menerima “keberagaman seksual” ini diancam dicabut akreditasinya dan akan kehilangan bantuan dari pemerintah.

Lembaga-lembaga pelayanan Kristen Protestan Injili, misalnya InterVarsity (PERKANTAS) dan Campus Crusade (LPMI), yang dengan tegas menentang ajaran homoseksual dilarang beroperasi di kampus-kampus universitas. Mereka yang menentang gerakan kaum homo bisa dikriminalkan, didenda dan dipenjarakan. Itu berarti kebebasan berbicara yang dijamin UUD AS akan dipasung, ambruk dan mati. Mereka membuat langkah besar dengan melarang dan bahkan mengkriminalkan kritik masyarakat terhadap homoseksualitas.

Human Rights Campaign (HRC), sebuah kelompok pendukung dan advokator gerakan homo setiap tahunnya menganggarkan 500 juta dollar AS hanya untuk kampanye/propaganda gerakan gay di AS. Ini merupakan bagian utama agenda kaum homoseks untuk membungkam orang Kristen.

Kelompok pembela homoseks lain yang menyebut dirinya “Reformation Project’ (Proyek Reformasi) sedang merekrut ratusan sukarelawan di seluruh AS untuk mempengaruhi Gereja-gereja agar menerima homoseksualitas. Reformation Project melukiskan dirinya sebagai LSM Kristen non-profit yang berdasarkan alkitab yang berusaha mereformasi ajaran Gereja tentang orientasi seks dan identitas jender. Organisasi ini bertujuan untuk mempercepat penerimaan orang LGBT di dalam Gereja. Mereka berusaha meyakinkan bahwa homoseksualitas bukan merupakan dosa. Mereka mendanai usaha-usaha untuk menghomokan Gereja dan umat Kristen. Para “reformis gadungan” ini telah dilatih untuk mencuci otak Gereja-gereja Injili.

Bahkan, Komisi HAM PBB kini menjadi corong utama, promotor dan pembela gerakan homoseks sedunia. Namun, ada kabar baik, pemerintah Australia menyebut “perkawinan sejenis” sebagai inkonstitusional. Presiden Rusia Putin mendeklarasikan bangsanya sebagai kompas moral baru dunia untuk mempertahankan nilai-nilai keluarga.

Gereja di Persimpangan Jalan

Alkitab menyebut homoseksualitas merupakan dosa. Pada mulanya Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, bukan menciptakan Adam dan Wadam. Allah tidak menciptakan seseorang dengan keinginan homoseksualitas. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi homoseks karena dosa (Roma 1:24-27) dan karena pilihan mereka sendiri. Homoseksualitas merupakan penipuan setan, penipuan diri sendiri dan sebuah kejahatan. Homoseksualitas merupakan gaya hidup yang menyimpang dan mematikan. Aktivitas homoseksualitas sangat beresiko tinggi, merusak kesehatan dan menaikkan biaya. Salah satu tanda krisis moral dalam masyarakat manusia adalah bila manusia kehilangan kemampuan mereproduksi diri.

Sejak kelahiran Gereja pada hari Pentakosta lebih dari 2000 tahun lalu, Gereja telah menyatakan sikap menentang homoseksualitas. Para rasul dan tokoh-tokoh Kristen berada di garis depan dalam melawan ajaran homoseksualitas. Para Reformator Protestan juga sangat mengecam homoseksualisme. Para Reformator Protestan sangat membenci dan menentang homoseksualitas. Bagi para Reformator, Sodomi selamanya merupakan kejahatan terhadap Allah dan Gereja.

Tuhan Yesus Kristus menentang perkawinan sejenis dan hubungan seks sejenis. Yesus Kristus menegaskan bahwa perkawinan merupakan persatuan seorang laki-laki dengan seorang wanita.(Matius 19: 3-6). Dengan mengutip Kej 1:27, Yesus telah menegaskan otoritas Allah atas perkawinan. Dengan menyebut homoseksualitas sebagai suatu “kejijikan”, Allah yang benar dari Alkitab telah menyatakan sikap dan perasaannya tentang dosa maut ini.

Seperti kata Luther, “Gereja merupakan satu-satunya benteng moralitas masyarakat. Kalau Gereja hancur, maka moralitas masyarakat juga akan ambruk. Cermin moralitas masyarakat adalah gereja.’ Saat ini, tinggal mayoritas kaum Protestan Injili yang bisa diharapkan sebagai benteng terakhir yang bisa melawan agenda gay. Mayoritas kaum Protestan ekumenis telah bersikap permisif, kompromistis, toleran dan tunduk terhadap budaya popular yang menolerir dosa homoseks! Paus Francis pun kini bersikap “abu-abu” dan “mendua” terhadap isu LGBT dengan bersikap “Who am I to judge them if they’re seeking the Lord in good faith”, yang artinya Paus mau menyatakan kalau kaum homo juga percaya dan beriman kepada Tuhan, maka perilaku homo masih bisa ditoleransi.

Saat ini, hanya mayoritas kaum Protestan Injili yang berdiri teguh di atas batu karang Firman Tuhan dan sedang melakukan serangan balik melawan kuasa kegelapan. Gerakan homoseks tidak akan menang kecuali kalau orang Kristen sejati yang melawan homoseksualitas sudah didiamkan, ditutup mulutnya dan didiskreditkan.

Kita sebagai gereja mempunyai tanggung jawab besar. Kita tidak boleh lagi duduk di belakang dan membiarkan musuh-musuh menghancurkan gereja, keluarga dan masyarakat. Alkitab berkata kita harus menjadi prajurit Kristus. Dan apa yang prajurit lakukan? Berperang. Dan kita saat ini sedang dalam situasi perang. Efesus 6 memerintahkan kita agar mengenakan seluruh perlengkapan Allah agar kita bisa berdiri melawan kuasa roh-roh jahat di zaman kegelapan ini. Kita harus ingat bahwa pertarungan kita bukanlah bersifat jasmani. Kita tidak sedang melawan daging dan darah. Kita tidak sedang memerangi kaum homo. Peperangan kita bersifat rohani. Kita sedang berperang melawan roh-roh jahat, roh-roh najis dan agenda-agenda mereka yang merekayasa, mengontrol dan mempengaruhi kaum homo.

Salah satu agenda dan cara Gereja untuk melawan gerakan gay adalah dengan kembali kepada Alkitab, ajaran alkitabiah yang dirumuskan para Reformator Protestan. Gereja harus mengajarkan apa yang Alkitab tegaskan tentang kekudusan hubungan seks. Gereja harus menentang dan melawan gerakan homo. Gereja-gereja Protestan yang liberal harus disadarkan dan direformasi kembali bahwa gerakan homo merupakan ancaman nyata terhadap peradaban Kristen. Gereja harus terlibat dalam isu sosial untuk melawan kebangkitan kaum homo sebagai fenomena global yang menstir kebudayaan dan mengendalikan institusi-institusi utama, baik di AS maupun di seluruh dunia. Gereja harus menyelamatkan peradaban Barat. Kita percaya, Gereja Injili merupakan kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh para homo.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here