Gabriel Mangunsong, M.Th. (Rektor STT Sunsugos): Pemimpin Kristen Harus Berjiwa Visioner, Progresif dan Revolusioner

0
1553

 

Gabriel Mangunsong, M.Th
Gabriel Mangunsong, M.Th

“Saat ini Gereja-gereja dan umat Kristen di Indonesia sedang mengalami krisis dan stagnansi kepemimpinan. Kita minus atau kekurangan pemimpin-pemimpin yang berkualitas, berintegritas, akuntabel, kuat dan berkharisma, sesuai dengan kriteria-kriteria/standar Firman Tuhan dan tuntutan zaman. Gereja, lembaga-lembaga Kristen dan bahkan sekolah-sekolah teologi belum mampu menghasilkan dan melahirkan pemimpin-pemimpin Kristen berkelas nasional apalagi internasional. Apabila kondisi krisis ini tidak direspons cepat oleh Gereja dan umat Tuhan, maka masa depan kekristenan bisa distorsif, salah arah, gampang terombang-ambing, bergerak lamban, stagnan, berjalan di tempat dan kehilangan identitas dan “roh”. Jadi, sudah saatnya Gereja serius berfokus untuk menggodok pemimpin-pemimpin Kristen baru, melakukan regenerasi dan multiplikasi kepemimpinan. Ini tugas utama Gereja, sekolah-sekolah teologi dan lembaga-lembaga gerejawi aras nasional seperti PGI dan PGLII.” Demikian kata-sambutan Pdt. Drs. Gabriel Mangunsong, M.Th, Rektor STT Sunsugos, dalam Acara Wisuda STT Sunsugos, di kampus STT Sunsugos Jl. Melati No. 39-41, Rawa Badak, Tanjung Priok, Jakarta.

Menurut Pdt. Gabriel Mangunsong, “pemimpin” secara umum adalah orang yang (mampu) memimpin, menuntun, menginspirasi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai/mewujudkan sebuah tujuan/sasaran atau misi dan visi (besar)”.

“Dalam Alkitab, ada beberapa kisah dan tokoh kepemimpinan yang dapat kita gunakan untuk memahami dan menjelaskan apa itu (esensi/konsep) kepemimpinan dan kriteria tentang pemimpin kristen yang ideal.

  1. Pemimpin adalah seseorang yang dipanggil, dipilih, dibentuk dan diutus secara khusus oleh Tuhan untuk melakukan sebuah pekerjaan dan misi besar. Kisah Musa dalam Kitab Keluaran adalah sebuah pelajaran dasar tentang kepemimpinan. Musa dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan/penjajahan Mesir. Tuhan sendiri yang langsung memilih, membentuk, mengajar, melatih dan memperlengkapi Musa dengan kuasa dan otoritas ilahi yang besar. Seorang pemimpin Kristen sejatinya juga harus memimpin dan menjalankan kepemimpinan rohaninya dengan kuasa dan karunia-karunia Roh dari Allah (baca juga Kis Rasul 1: 8). Ini adalah Leadership with Power. Dalam konsep ini pemimpin mempunyai jabatan/karunia sebagai Nabi, Rasul, Imam, guru, komunikator, orator dan Juru Bicara Allah. Ini artinya pemimpin harus telah lahir baru, hidup kudus, berintegritas, menjadi suri teladan, sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan berkarakter ilahi. (Pemimpin sebagai nabi/liberator/pembebas)
  1. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai wawasan/pengetahuan dunia yang luas. Baik pengetahuan teologis, filosofis, historis, sosial budaya, politik, manajemen dan sains. Pemimpin rohani harus bisa sepuluh kali lebih cerdas/bijak/unggul dari orang yang dipimpinnya, dari lawan atau di bidangnya.(Daniel 1:19-20). Ini berarti pemimpin harus mampu menjadi otak organisasi, pemikir strategis, penggagas ide-ide/program-program penting bagi sebuah pergerakan. Pemimpin disini adalah juga seorang manajer/pengelola, pelopor, pengembang dan pembangun organisasi yang berorientasi kepada pencapaian tujuan (goal oriented leader). Saat ini kita membutuhkan pemimpin yang bisa menegakkan nilai-nilai moral dan etika kristen di tengah-tengah bangsa yang sedang mengalami krisis moral. Kita membutuhkan pemimpin rohani bagi semua umat (lintas denominasi) yang bisa meluruskan dan menguji pengajaran-pengajaran sesat, ekstrim, dan tidak alkitabiah yang banyak berkembang sekarang-sekarang ini. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa melakukan transformasi sosial dalam segala bidang kehidupan strategis dan menghasilkan prestasi/karya besar.(pemimpin sebagai reformator dan transformator)

 

3.Pemimpin harus menjadi panglima perang dan pahlawan yang gagah perkasa bak di medan peperangan. Pemimpin harus bersemangat juang tinggi, berhati baja, tidak pernah patah arang/ putus asa, tidak takut intimidasi, bertindak dan hidup sesuai dengan Firman Tuhan (Yosua 1: 1-18). Pemimpin harus menjadi gembala yang rendah hati, penuh kasih, taktis, tidak sombong/congkak, tidak egois, berhati pelayan/hamba bagi umatnya, berjiwa pendobrak dan tidak membangun kerajaan pribadi, tetapi lebih memperhatikan kepentingan dan problem umat dan bangsa. (Pemimpin sebagai inspirator).” Papar Pendeta lulusan UKSW ini dengan penuh semangat.

‘Jadi, Pemimpin Kristen harus berjiwa Visioner, Progresif dan Revolusioner. Visioner berarti mendapatkan visi dari Tuhan dan mempunyai visi, gagasan strategis/besar dan berani membayar harga untuk mewujudkan visi tersebut. Progresif berarti berjiwa pembelajar, mau mengembangkan potensi diri terus-menerus dan bisa mengembangkan/memajukan organisasi. Revolusioner berarti mampu mengadakan transformasi atau perubahan besar dalam gerejanya, lingkungan, masyarakat dan bangsa.” Harapnya pada 34 alumni S-1 yang baru diwisuda.

Sementara itu, Pdt. DR. Jerry Rumahlatu, D.Th, dalam Orasi Ilmiahnya yang berjudul “Kepemimpinan Kristen yang Transformatif: Sebuah Refleksi Teologis” memaparkan,”Eksistensi kekristenan dan gereja sangat ditentukan oleh para pemimpin Kristen. Maju mundurnya Gereja bergantung kepada para pemimpinnya. Kalau Pemimpin Gereja berkualitas secara rohani, integritas, akademis dan finansial maka sebuah organisasi atau gereja bisa maju dan bertumbuh. Sebaliknya, kalau pemimpin Gereja tidak berkualitas, maka gereja dan umat Tuhan akan mengalami kemunduran, stagnansi, degradasi dan krisis, bahkan “kematian”.”tegasnya.

“Kita sedang berpacu dengan waktu. Tantangan-tantangan dan “serangan-serangan” yang sedang Gereja hadapi semakin kompleks dan berat. Sedang terjadi krisis besar di masyarakat dan dunia ini. Tetapi yang kita lebih khawatirkan sebenarnya, yaitu problematika utamanya, bukan pada faktor eksternal kita, tetapi pada faktor internal Kekristenan sendiri. Kekristenan di Indonesia kurang bersatu, kurang bersinergi. Pemimpin-pemimpin kita kurang visioner, kurang bekerja keras, lebih sering beretorika daripada berbuat. Pemimpin-pemimpin kita kurang terampil memimpin, mengelola dan mengeksplorasi SDM dan potensi umat Kristen yang begitu besar sebenarnya.”ungkap Pdt. Jerry, mantan aktivis GMKI tersebut.

“Kita semua para pemimpin harus bertobat, meminta pengampunan dosa atas egoisme kita, kesombongan kita, kekurangrendahan hati kita, kekurangbersatunya/kekurangkompakan kita, ketidakacuhan kita pada sesama gereja kita! Kita harus bertobat dari kesuam-suaman kita, kedinginan hati kita, kemalasan kita, ketidaktulusan kita dan wasprestasi kita sebagai Pemimpin umat, gereja dan masyarakat”tegas mantan Rektor STT Jaffray Jakarta ini. (Hotben Lingga)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here