Membajak Momentum Krisis

0
445

*EDITORIAL MEDIA INDONESIA*

Membajak Momentum Krisis

*PEPATAH bijak menyebutkan pelaut ulung bukan lahir dari lautan yang tenang*. Demikian pula dengan bangsa ini _tidak akan menjadi bangsa yang tangguh jika tak mampu menaklukkan segala tantangan, seberat apa pun tantangan itu_.

*Kini, seperti halnya negara-negara lain di seluruh penjuru dunia, kita sedang menghadapi tantangan berat, superberat*. Akibat pandemi covid-19, badai krisis melanda yang bermula dari krisis kesehatan kemudian merambah ke mana-mana.

*Krisis ekonomi tak lagi bisa dihindari dan krisis sosial menanti*. Sejumlah negara bahkan sudah terperosok ke jurang resesi. *Kendati belum masuk kategori resesi, negeri ini juga dalam situasi sangat sulit*.

*Krisis memang menyusahkan, tetapi di baliknya tersimpan kesempatan bagi kita untuk menjadi bangsa yang gemilang*. _Ia ialah ujian dan tempaan agar kita tidak menjadi bangsa yang cengeng, bukan bangsa yang rapuh_.

*Prinsip itu pula yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD di Gedung Parlemen Senayan, kemarin*. Menurut Presiden, _akibat wabah korona, kondisi bangsa memang tidak bagus, tetapi bukan berarti kita cukup dengan meratapinya_.

*Presiden justru menekankan pentingnya kita membajak momentum krisis menjadi kebangkitan baru*. Dia menegaskan, _inilah saatnya berbenah diri dan menjalankan strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, kebudayaan, hingga kesehatan dan pendidikan_.

*Tiga kali Presiden menyuarakan pentingnya membajak momentum krisis*. _Krisis pantang membuat kita pesimistis, apalagi berputus asa,_ tetapi harus menjadi pemantik untuk melakukan lompatan-lompatan besar. *Momentum krisis, kata Presiden, perlu kita bajak untuk menjalankan strategi-strategi besar bangsa*. _Krisis akibat ekspansi covid-19 ialah momentum untuk mengatasi ketertinggalan dari negara-negara lain_.

*Kita mengamini bahwa krisis tak boleh menjadi akhir dari eksistensi negeri ini*. Namun, semua tergantung pada bagaimana bangsa ini menyikapi.

*Krisis bisa membuat bangsa ini semakin tangguh jika kita mau dan mampu membuat terobosan-terobosan baru untuk mengatasi setiap persoalan*. _Sebaliknya, krisis dapat membuat Republik ini betul-betul terpuruk jika kita bersikap dan bekerja biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada apa-apa_.

*Kita hanya akan mampu melewati krisis jika satu pemahaman dan satu perasaan bahwa situasi memang luar biasa gawat*. Dengan begitu, kita semua punya satu kemauan untuk melakukan upaya-upaya luar biasa.

*Harus kita katakan, kita belum satu frekuensi, bahkan antara Presiden dan para pembantunya sekalipun*. Beberapa kali Presiden mengumbar kemarahan ke ruang publik karena belum semua jajarannya bekerja maksimal.

*Mustahil pula disangkal bahwa masih banyak warga masyarakat yang tak acuh dengan upaya bangsa mengatasi krisis akibat pandemi covid-19.* Untuk unjuk peran di tingkatan paling dasar saja mereka ogah. *Mereka tetap saja abai dengan protokol kesehatan sebagai instrumen paling penting saat ini agar korona tak terus menggila*.

*Kita sepakat dengan ajakan Presiden untuk membajak momentum krisis demi melakukan lompatan-lompatan besar*. Mau tidak mau, suka tidak suka, semua pihak mesti memahami bahwa _saat ini Indonesia sedang dalam kondisi luar biasa sehingga harus bersedia mengubah kebiasaan hidup_.

*Tanpa kesadaran seluruh anak bangsa, ajakan Presiden akan sia-sia*. Jika itu yang terjadi, _jangankan lompatan besar, untuk lepas dari krisis saja mungkin kita tidak akan bisa_.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here