Sumba, Ugahari, dan Kepemimpinan PGI

0
716

 

Oleh: Pdt. Hariman A. Pattianakotta

Hari ini Sidang Raya PGI resmi dibuka. Presiden Joko Widodo yang rencananya akan membuka persidangan berhalangan hadir. Entah apa alasannya. Namun, antusiasme gereja-gereja dan warga Sumba tetap tinggi. Teriknya mentari sama sekali tak membuat semangat mereka patah. Ribuan masyarakat Sumba tumpah-ruah di Puru Kambera. Ada juga yang kecewa karena presiden tidak hadir.

Semangat warga Sumba dan pembukaan Sidang Raya hari ini mengingatkan PGI dan gereja-gereja untuk tetap menjadi gereja. Artinya, gereja harus bergantung penuh pada Tuhan, sebab hanya Tuhan yang tidak mengecewakan.

Puluhan tahun pasca kemerdekaan warga Sumba berjuang. Tanah yang keras dan teriknya panas menjadi tempat mereka hidup. Dalam acara persidangan PGI kali ini seluruh warga gereja dan masyarakat Sumba memberikan dukungan penuh. Mereka mensyukuri pesta iman ini dan menjalaninya dengan sukacita. Mereka memberi babi, sapi, beras, tenaga, mobil, apa saja yang mereka punya. Bukan dari kelebihan, tetapi dari kekurangan dan kemiskinan mereka. Luar biasa!

Spiritualitas ugahari dihidupi oleh warga Sumba. Mereka tulus berbagi. Mereka berani jalani hidup yang keras dalam kasih dan kesederhanaan. Terpaut dan bergantung pada Tuhan, pencipta dan pemilik kehidupan, Sang Alfa dan Omega.

Kepemimpinan PGI ke depan harus memiliki spiritualitas ugahari itu. Karena itu, para pimpinan gereja-gereja yang bersidang di Sumba harus sungguh-sungguh memilih pimpinan-pimpinan PGI yang lebih takut Tuhan dari pada takut pemerintah dunia. Kepemimpinan PGI harus diisi dengan orang-orang yang bergantung pada Tuhan, bukan pada penguasa dan pengusaha. Pimpinan PGI adalah orang-orang yang punya visi dan mau berkeringat untuk membangun gereja-gereja dan masyarakat dalam konteks kemiskinan dan ketidakadilan. Mereka haruslah orang-orangv yang tulus melayani dan berbagi seperti yang diperlihatkan oleh warga Sumba kepada peserta Sidang Raya dari seluruh tanah air Indonesia.

Sungguh, hari ini saya melihat lawatan Tuhan jauh lebih besar dan jauh lebih mulia dari kunjungan presiden ke arena persidangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here